Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Manusia Purba di Afrika, Asia dan Eropa

Manusia Purba di Afrika, Asia dan Eropa - Fosil Sinanthropus pekinensis atau Pithecanthropus pekinensis ditemukan di sebuah gua kapur bernama Chou Kou Tien, Peking, Tiongkok. Selain di Indonesia, jejak manusia purba juga ditemukan di tempat lain, seperti di Afrika, Asia dan Eropa. Adanya penemuan-penemuan tersebut sangat membantu para ahli dalam mencari dan mempelajari jejak manusia purba dan kebudayaannya di dunia, Berikut akan dipelajari manusia purba di Afrika, Asia dan Eropa.

1. Manusia Purba di Afrika


Manusia purba di Afrika terdapat beberapa jenis manusia purba. Jenis-jenis manusia purba yang ada di Afrika, antara lain sebagai berikut :

a. Manusia Purba Homo ergaster


Manusia Purba Homo ergater merupakan spesies hominin yang telah punah, manusia purba hidup di Afrika timur dan selatan antara 1,9 sampai 1,4 juta tahun yang lalu pada era pleistosen dan pendinginan iklim global. Penemuan Manusia Purba Homo ergaster yang lengkap adalah fosil yang ditemukan di Turkana Barat, Kenya. Fosilnya berupa manusia purba yang masih muda berumur antara 9-12 tahun, berjenis kelamin laki-laki. Kadang-kadang Manusia Purba Homo ergaster dikategorikan sebagai subspesies dari Manusia Purba Homo erectus. Namun menurut para ahli paleoantropologi, Manusia Purba Homo Ergaster paling cocok disebut sebagai nenek moyang Manusia Purba Homo Sapiens.

b. Manusia Purba Australopithecus afarensis


Fosil pertama manusia purba Australopithecus Afarensis ditemukan pada tahun 1974 di Eropa oleh D. Johanson, M. Taeib, dan Y. Coppens pada lapisan pleistosen. Diperkirakan usia manusia purba Australopithecus afarensis 4 juta tahun. Menurut beberapa ahli, manusia purba Australopithecus afarensis merupakan salah satu manusia purba jenis hominid tertua di dunia. Menurut buku Sangiran Menjawab Dunia.

Manusia purba Australopithecus afarensis dikenal dengan nama Lucy. Fosil Manusia Purba Lucy yang ditemukan pada tahun 1974 cukup lengkap terdiri dari komponen tengkorak, rahang bawah, tulang anggota badan, tulang belakang, tulang rusuk, dan tulang pinggul. Diperkirakan tinggi manusia purba Lucy 1,2 m. Manusia Purba Lucy sering dijuluki ibu kemanusiaan, karena sifat purba yang dimilikinya.

Hingga saat ini ditemukan sedikitnya 324 spesimen kerangka manusia purba Lucy di Lembah Hadar dan tiga puluh spesimen di Tanzania. Tubuh manusia purba Lucy menurut rekonstruksi para ahli mirip simpanse dengan ukuran otak sekira 425 cc, muka besar dan menonjol ke depan, leher kuat, perkembangan otot nyata, serta rahang yang kekar.

Manusia purba Lucy memiliki tangan panjang dan kaki pendek serta tulang pinggul dan tulang paha yang menunjukkan bahwa manusia purba Lucy telah mampu berdiri tegak dan bipedal. Oleh para ahli disepakati bahwa Australopithecus afarensis merupakan percabangan pertama dari kera ke manusia.

c. Manusia Purba Australopithecus africanus


Manusia Purba Australopithecus africanus ditemukan pertama kali oleh Reymond Dart pada tahun 1924 di Taung, Afrika Selatan. Bagian tubuh yang ditemukan adalah tengkorak. Menurut Reymond Dart karakteristik yang dimiliki manusia purba Australopithecus africanus antara lain sebagai berikut ini :

  • Hidup sekitar 3-2 juta tahun lalu.
  • Bertempat tinggal di tempat terbuka seperti padang rumput.
  • Memiliki volume otak 450-600 cc.
  • Memiliki tinggi badan sekira 150 cm.
  • Dapat berdiri tegak dan berjalan dengan dua kaki.

Berdasarkan bentuk tengkorak dan rahang, diperkirakan manusia purba Australopithecus africanus telah mengonsumsi buah-buahan dan tumbuhan. Dalam perkembangan selanjutnya, manusia purba Australopithecus africanus mulai memakan daging. Oleh karena itu, para ahli mengategorikan Manusia Purba Australopithecus africanus sebagai spesies pertama yang melakukan perburuan binatang besar. 

Adapun dasar kesimpulan tersebut adalah pada banyaknya pecahan tulang binatang yang ditemukan di sekitar fosil manusia purba Australopithecus africanus. Para ahli menganggap bahwa Manusia Purba Australopithecus africanus merupakan keturunan langsung dari Manusia Purba Australopithecus afarensis. Hal tersebut karena struktur fosil Manusia Purba Australopithecus africanus lebih muda daripada Manusia Purba Australopithecus afarensis.

d. Manusia Purba Ardipithecus Ramidus


Pada tahun 1994, Yohannes, Haile Selassie menemukan fosil Manusia Purba Ardipithecus Ramidus di Etiopia. Penemuan Yohannes tersebut mengundang rasa ingin tahu para antropolog dari Universitas Berkeley. Dalam penelitian lanjutan, para antropolog menemukan struktur kerangka manusia purba yang cukup lengkap jika dibandingkan dengan penemuan fosil manusia purba yang lain.

Penemuan tersebut adalah tengkorak, gigi, tulang panggul, tangan, dan kaki yang berjumlah 35 potongan. Setelah penemuan tersebut direkontruksi, diperkirakan bahwa manusia purba Ardipithecus Ramidus memiliki berat sekitar 50 kg dengan tinggi badan 120 cm, volume otak seukuran dengan ukuran otak simpanse dan diperkirakan hidup pada 4,4 juta tahun yang lalu.

Dengan melalui analisis lengan, jari tangan, dan jari kaki, para ahli menyimpulkan bahwa Manusia Purba Ardipithecus Ramidus pandai memanjat pohon. Manusia Purba Ardipithecus Ramidus memiliki gigi seri dan taring yang lebih besar daripada kera modern. Dari analisis gigi tersebut, maka dapat diketahui bahwa Manusia Purba Ardipithecus Ramidus merupakan pemakan buah-buahan, tanaman, daun, dan mamalia kecil.

e. Manusia Purba Australopithecus Robustus


Fosil Manusia Purba Australopithecus Robustus banyak ditemukan di wilayah Afrika Selatan. Manusia Purba Australopithecus Robustus ditemukan oleh Robert Broom di Kromdraai dan Swaktrans, Afrika Selatan. Manusia Purba Australopithecus Robustus diperkirakan hidup 2-1 juta tahun yang lalu, memiliki bentuk tubuh yang lebih tinggi, berat, dan kekar. 

Berikut ciri-ciri Manusia Purba Australopithecus Robustus berdasarkan buku Sangiran Menjawab Dunia :


  • Memiliki susunan gigi taring dan seri yang lebih teratur.
  • Rahang dan gigi berukuran besar serta kuat.
  • Muka lebih lebar, lebih datar, dan lebih rendah dibandingkan Australopithecus africanus.

Manusia Purba Australopithecus Robustus menurut para ahli termasuk tipe vegetarian yang menggantungkan makanannya pada tumbuh-tumbuhan, dedauan, buah-buahan, dan biji-bijian.

f. Manusia Purba Homo Rhodesiensis atau Manusia Purba Homo Africanus


Manusia Purba Homo Rhodesiensis adalah manusia purba Rhodesia. Pada tahun 1921 fosil tempurung kepala Manusia Purba Homo Rhodesiensis ditemukan pertama kali oleh seorang penambang timah di Gua Broken Hill, Rhodesia bernama Tom Zwiggler. Penemuan Tom tersebut kemudian diteliti lebih lanjut oleh dua arkeolog yaitu Raymond Dart dan Robert Broom.

Dalam penelitiannya kedua arkeolog tersebut menemukan tulang paha, rahang, bawah, dan tulang kering. Selanjutnya mereka menyimpulkan bahwa Manusia Purba Homo Rhodesiensis merupakan nenek moyang bangsa Afrika dari ras Negroid. Manusia Purba Homo Rhodesiensis hidup pada 300 ribu-125 ribu tahun lalu dan diperkirakan memiliki karakteristik kehidupan lebih maju dibandingkan manusia purba jenis Australopithecus africanus.

g. Manusia Purba Orrorin Tugonensis


Fosil Manusia Purba Orrorin Tugonensis ditemukan oleh tim peneliti dari Prancis yang dipimpin oleh paleontologis Brigittle Senut dan geologis Martin Pickford di wilayah Tugen Hills, Kenya Tengah. Para peneliti tersebut menemukan lebih dari 11 fosil yang berumur 6,2 sampai 6 juta tahun yang lalu. Fosil Manusia Purba Orrorin tugonensis hidup kira-kira 6 juta tahun yang lalu. Manusia purba ini memiliki kombinasi antara sifat manusia dan kera yang khas sehingga para ahli memasukkannya dalam genus baru yang diberi nama Manusia Purba Orrorin tugonensis yang artinya manusia purba asli dari Tugen.

Manusia Purba di Afrika, Asia dan Eropa


2. Manusia Purba di Asia


Penemuan manusia purba di Asia yang cukup terkenal adalah di Tiongkok. Berikut ini manusia purba yang ada di Asia :

a. Manusia Purba Sinanthropus Pekinensis atau Manusia Purba Pithecanthropus Pekinensis


Manusia Purba Sinanthropus pekinensis dianggap bagian dari kelompok Manusia Purba Pithecanthropus karena memiliki ciri fisik yang mirip serta hidup pada masa yang bersamaan. Fosil Manusia Purba Sinanthropus pekinensis ditemukan oleh Davidson Black dan Franz Weidenreich. 

Ciri-ciri fisik Manusia Purba Sinanthropus Pekinensis antara lain sebagai berikut ini :
  • Kepala hampir mirip kera.
  • Hidung pesek.
  • Mulut agak maju.
  • Tulang alis besar.
  • Kaki tangan mirip manusia modern.
  • Memiliki volume otak 900-1.200 cc.

Pada tahun 1923-1927 fosil Manusia Purba Sinanthropus Pekinensis ditemukan saat arkeologi melakukan ekskavasi. Setelah direkonstruksi, para arkeolog memperkirakan Manusia Purba Sinanthropus Pekinensis hidup sekitar 780-600 ribu tahun yang lalu. Berdasarkan artefak-artefak yang ditemukan setelahnya, Manusia Purba Sinanthropus Pekinensis diketahui sudah mampu menggunakan senjata dan perkakas dari tulang serta mampu membuat api.

Ahli paleoantropologi Tiongkok (Pei Wenzhong) pada tahun 1929 melakukan ekskavasi untuk meneliti lebih lanjut kehidupan purba yang berada di sekitar Gua Chou Kou Tien. Dalam ekskavasi tersebut, Pei Wenzhong menemukan batok kepala manusia masih utuh. Penemuan Pei tersebut cukup menggemparkan ilmuan di seluruh dunia.

Dalam penggalian selanjutnya di Bukit Tulang Naga, arkeolog Tiongkok menemukan 6 batok kepala, 12 pecahan batok kepala, dan sekitar 150 gigi, serta menemukan sekitar 100 ribu alat-alat batu yang digunakan Manusia Purba Sinanthropus Pekinensis untuk menyalakan api dan untuk berburu.

Peneliti arkeolog kembali dilanjutkan pada periode tahun 1949-1966 setelah terhenti karena adanya Perang Tiongkok. Dalam penelitian tersebut para arkeolog menemukan banyak fosil dan artefak. Setelah direkonstruksi para arkeolog berhasil menyimpulkan bahwa Manusia Purba Sinanthropus Pekinensis mampu berjalan dan berdiri tegak, Manusia Purba Sinanthropus Pekinensis laki-laki memiliki tinggi badan sekitar 156 cm dan Manusia Purba Sinanthropus Pekinensis perempuan tinggi badan 140 cm.

Usia hidup Manusia Purba Sinanthropus Pekinensis sangat pendek. Hal tersebut karena sebagian besar meninggal sebelum berusia 14 tahun dan Manusia Purba Sinanthropus Pekinensis jarang mencapai usia 50 tahun. Dari rekonstruksi fisik dan hasil analisis belum memiliki tempat tinggal tetap dan tinggal di gua-gua. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, Manusia Purba Sinanthropus Pekinensis masih bergantung pada alam (mengumpulkan makanan dan berburu binatang).

b. Manusia Purba Sinanthropus Lantianensis atau Manusia Purba Pithecanthropus Lantianensis


Pada tahun 1963 Manusia Purba Sinanthropus Lantianensis ditemukan. Namun baru pada tahun 1964 penemuan tersebut dipublikasikan oleh Woo Ju-KangManusia Purba Sinanthropus Lantianensis sering disebut manusia Lantian, Manusia Purba Sinanthropus Lantianensis merupakan manusia purba sejenis dengan Homo erectus. Diperkirakan manusia Lantian hidup sekitar 800 ribu tahun yang lalu.

Sesuai namanya, Manusia Purba Sinanthropus Lantianensis ditemukan di kota Lantian, Tiongkok bagian barat laut. Fragmen pertama yang ditemukan adalah mandibula (tulang rahang). Para peneliti dalam ekskavasi selanjutnya menemukan sebuah tengkorak dengan tulang hidung, rahang kanan, dan tiga gigi. Berdasarkan rekonstruksi pecahan fosil tersebut, para ahli memperkirakan Manusia Purba Sinanthropus Lantianensis memiliki volume otak sekitar 780 cc, hampir sama dengan volume otak Homo erectus yang ditemukan di Indonesia.

Di sekitar temuan fosil Manusia Purba Sinanthropus Lantianensis ditemukan juga fosil hewan dan artefak. Adapun artefak yang ditemukan masih dalam kondisi baik dan telah diserpih dengan rapi. Adanya penemuan artefak batu dan abu menunjukkan bahwa Manusia Purba Sinanthropus Lantianensis sudah mampu menggunakan peralatan untuk membuat api dan menunjang kehidupan.

3. Manusia Purba di Eropa


Jenis-jenis manusia purba di Eropa antara lain sebagai berikut ini :

a. Manusia Purba Homo Heidelbergensis

Pada tahun 1908 ditemukan fosil Manusia Purba Homo Heidelbergensis oleh Dr. Scoetensack di kota Heidelbeng, Jerman. Manusia Purba Homo Heidelbergensis menurut Scoetensack hidup sekitar 600-400 ribu tahun yang lalu dan dianggap nenek moyang Manusia Purba Homo Neanderthalensis dan Manusia Purba Homo Sapiens.

Volume otak Manusia Purba Homo Heidelbergensis 1.100-1.400 cc. Volume otak hampir sama degnan volume otak manusia modern yang rata-rata sebesar 1.350cc. Rata-rata tinggi badan Manusia Purba Homo Heidelbergensis sekitar 180 cm dan otot badan serta rangkanya lebih kuat daripada manusia modern. Fosil Manusia Purba Homo Heidelbergensis yang ditemukan di Eropa bagian selatan menurut analisis Lee Berger (Universitas Witwatersrand) memiliki tinggi badan sekitar 210 cm. Oleh hal tersebutlah, Lee Berger menyebut Manusia Purba Homo Heidelbergensis sebagai manusia raksasa.

Diperkirakan Manusia Purba Homo Heidelbergensis mampu menggunakan peralatan yang cukup maju untuk berburu dan berperilaku lebih modern. Binatang buruan Manusia Purba Homo Heidelbergensis antara lain badak, kuda nil, beruang, rusa, dan kuda. Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan tombak, pentungan, dan lukisan yang ada di dinding gua.

Manusia Purba Homo Heidelbergensis sudah mengenal bahasa walaupun dalam tingkat sederhana. Para ahli menyimpulkan Manusia Purba Homo Heidelbergensis sudah menggunakan bahasa berdasarkan morfologi telinga bagian luar dan tengah yang memiliki kemiripan dengan manusia modern.

b. Manusia Purba Homo Neanderthalensis


Manusia Purba Homo Neanderthalensis hidup pada masa pleistosen dan diperkirakan masih satu subspensies dengan Homo sapiens yang hidup di Asia. Manusia Purba Homo Neanderthalensis merupakan tahap peralihan dari Manusia Purba Homo Erectus ke Manusia Purba Homo Sapiens. Pada tahun 1856 fosil Manusia Purba Homo Neanderthalensis pertama kali ditemukan oleh Rudolf Virchow dan Fulfrott di lembah Sungai Neander, Dusseldorf, Jerman.

Menurut Rudolf Virchow dan Fulfrott, Manusia Purba Homo Neanderthalensis diperkirakan hidup 125 ribu-25 ribu tahun lalu. Selain fosil juga ditemukan alat-alat dari batu dan tulang, serta bekas api yang menunjukkan bahwa Manusia Purba Homo Neanderthalensis hidup di daerah dingin.

Ciri-ciri fisik dan kehidupan Manusia Purba Homo Neanderthalensis antara lain sebagai berikut ini :


  • Bentuk dahi rendah dan dagu tipis.
  • Ukuran otak 1.400-1.500 cc.
  • Tulang pelipis dan rahang menonjol.
  • Tinggi badan 165-168 cm untuk pria dan 152-156 cm untuk wanita.
  • Mampu menggunakan peralatan berburu, meramu, dan memasak.
  • Sudah mengenal sistem kepercayaan yang dibuktikan dengan penemuan peralatan kubur.
  • Memiliki kerangka tulang lebih kukuh daripada manusia modern.

Manusia Purba Homo Neanderthalensis, menurut analisis para ahli memiliki cara bertahan hidup yang kurang baik. Walaupun sudah mampu membangun rumah-rumah dari kayu, sebagian besar dari mereka tidak mampu melawan dinginnya udara di daratan Eropa. Para ahli menemukan fakta bahwa sebagian besar Manusia Purba Homo Neanderthalensis mati sebelum berusia 20 tahun. 

Para ahli memperkirakan kepunahan Manusia Purba Homo Neanderthalensis disebabkan oleh cuaca dingin yang cukup ekstrem di Eropa dan adanya penyakit endemik. Kepunahan yang disebabkan oleh penyakit lebih masuk akal karena para ahli paleoantropologi menemukan jejak-jejak patologi pada sisa fosil Manusia Purba Homo Neanderthalensis.

c. Manusia Purba Homo Cro Magnon


Pada tahun 1868 ditemukan fosil pertama Manusia Purba Homo Cro Magnon di Eyzies de Tayac, Prancis Selatan. Manusia Purba Homo Cro Magnon dianggap memiliki tingkat kecerdasan di atas Homo heildelbergensis dan Homo neanderthalensis. Menurut beberapa ahli, Manusia Purba Homo Cro Magnon tidak memiliki kaitan genetik dengan Homo neanderthalensis.

Fakta tersebut diperoleh setelah ahli genetika bernama Giorgio Bertorelle melakukan tes genetik Manusia Purba Homo Cro Magnon dan Homo neanderthalensis. Kesimpulan dari hasil tes tersebut adalah kedua jenis manusia purba tersebut tidak memiliki DNA yang sama.

Manusia Purba Homo Cro Magnon menurut buku Sangiran Menjawab Dunia memiliki tengkorak yang tinggi dengan atap dan tengkorak belakang yang bundar. Kapasitas tengkorak Manusia Purba Homo Cro Magnon 1.400 cc di atas rata-rata manusia purba. Diperkirakan Manusia Purba Homo Cro Magnon hidup sekitar 30.000 tahun lalu.

Ciri-ciri fisik Manusia Purba Homo Cro Magnon antara lain sebagai berikut ini :


  • Dahi vertikal.
  • Muka datar.
  • Dagu tampak nyata.
  • Tinggi badan rata-rata 165 cm.

Dengan ukuran volume otak yang cukup besar para ahli mengindikasikan Manusia Purba Homo Cro Magnon termasuk ras berasal dari Afrika Kuno. Diperkirakan juga Manusia Purba Homo Cro Magnon merupakan salah satu nenek moyang manusia modern. Manusia Purba Homo Cro Magnon hidup pada akhir zaman glasial. Selain memiliki ciri fisik, Manusia Purba Homo Cro Magnon juga memiliki kebudayaan yang lebih modern. Manusia Purba Homo Cro Magnon mahir membuat lukisan di dinding dan mampu membuat alat-alat dari batu yang cukup indah. Dengan melalui perkembangan budaya tersebut, para ahli menyakini bahwa Manusia Purba Homo Cro Magnon telah memiliki pola hidup yang mapan dan nyaman.

Baca juga selanjutnya : Manusia purba di Indonesia





Post a Comment for "Manusia Purba di Afrika, Asia dan Eropa"