Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mencari sumber ekonomi di seberang laut.

Mencari sumber ekonomi di seberang laut. 

Interaksi ekonomi antara Eropa dan kepulauan Indonesia sebenarnya telah berlangsung lebih dahulu jauh sebelum kedatangan rombongan orang Eropa ke wilayah ini pada abad ke-16. Dalam bukunya tentang sejarah modern awal Asia Tenggara, Anthony Reid menulis bahwa sekitar enam ton cengkeh dan satu setengah ton pala dari Maluku telah mencapai Eropa setiap tahun dibawa oleh para pedagang Itali yang membelinya dari para pedagang Muslim di Mesir dan Beirut pada tahun 1390-an.

Jumlah itu meningkat menjadi rata-rata lima puluhan ton cengkeh dan dua puluhan ton pala per tahun satu abad kemudian. Para pedagang Muslim berfungsi sebagai mediator yang menghubungkan dua wilayah itu sampai sebuah perubahan besar baru terjadi seiring dengan perubahan politik dan ekonomi  sejak pertengahan abad ke-15.

Mencari sumber ekonomi di seberang laut.

Perubahan itu tidak hanya menghubungkan secara langsung perdagangan antara Eropa dan kepulauan Indonesia melainkan juga menciptakan sejarah baru yang dikenal dengan kolonialisme dan imperialisme Barat di Asia, dan sekaligus membangun dominasi Barat atas Asia dalam kurun waktu yang sangat panjang.

Beberapa pengertian yang berhubungan dengan kolonialisme dan imperialisme, antara lain :

1. Imperialisme merupakan kebijakan atau paham yang bertujuan untuk menciptakan, mengorganisir dan mengelola sebuah imperium, berupa sebuah negara berukuran besar yang terdiri dari berbagai unit nasional yang berbeda dan menjadi subjek dari satu kepentingan yang tersentralisir.
2. Imperialisme merupakan perpanjangan dari ekspansi kolonial.
3. Imperialisme juga diartikan sebagai pendudukan atau kontrol atas negara tidak berkembang oleh kekuatan besar dengan alasan mencari keuntungan ekonomi.
4. Imperialisme merupakan sistem kontrol yang mengamankan pasar dan modal yang diinvestasikan.
5. Kolonial memfasilitasi ekspansi itu dengan memastikan adanya kontrol orang Eropa yang dijamin melalui penaklukan terhadap penduduk asli.

Sebagai sebuah proses, awal ekspansi bangsa Barat ke luar Eropa harus dilihat lebih jauh ke belakang, kira-kira seratus tahun terakhir atau lebih sebuah proses itu dimulai, terutama yang menyangkut perkembangan aspek kemaritiman serta perubahan politik dan ekonomi.

Abad ke-14 Eropa ditandai oleh perkembangan hukum dan teknologi kemaritiman. Keberadaan kapal-kapal laut yang besar, seperti Flander galley berukuran 120 sampai 150 kaki milik pelaut Venesia yang mengangkut seratus sampai dua ratus orang awak memungkinkan pelayaran dan perdagangan yang lebih luas, termasuk menyeberangi Samudera Atlantik.

Pelayaran dipermudah oleh adanya berbagai sarana pendukung lain, seperti kompas yang lebih baik dan peta yang menunjukan secara lengkap dan akurat garis pantai, terusan dan pelabuhan. Memasuki abad ke-15, para pelaut dan pedagang Eropa itu telah siap untuk melakukan perjalanan melewati garis tradisional mereka menuju Samudera Atlantik.

Secara politis, Eropa sejak pertengahan abad ke-14, yang juga dikenal sebagai periode akhir. Abad tengah, ditandai oleh perang seratus tahun antara Perancis dan Inggris, terbentuknya kekuasaan monarki nasional, hancurnya Kekaisaran Romawi Suci dan perang agama antara Kristen dengan Islam.

Masyarakat Eropa yang agraris mengalami militerisasi dan pemerintah menjadi sangat terlibat dalam pengembangan persenjataan, yang membutuhkan tidak hanya mobilisasi sumber keuangan dan teknis oleh negara yang lebih besar serta sistem administrasi yang lebih canggih melainkan juga diperlukan adanya kontrol yang lebih ketat terhadap sumber daya manusia melalui hukum atau identifikasi ideologi, termasuk di dalamnya agama.

Pada saat yang hampir bersamaan secara ekonomis mulai berkembang kapitalisme, yang didahului oleh kapitalisme negara yang dikenal sebagai merkantilisme. Perubahan yang terjadi di Portugal merupakan suatu yang penting untuk menjelaskan proses awal perkembangan ekspansi bangsa Eropa ke seberang laut.

Penguasa Portugis memberi hak-hak istimewa kepada keluarga-keluarga saudagar Itali, Spanyol, dan Perancis yang berhasil agar mereka bersedia tinggal dan berdagang di ibu kota Portugal, disamping tentu saja orang Portugis sendiri sejak abad ke-14.

Hasilnya, tidak kurang dari 400 sampai 500 kapal berlabuh di pelabuhan Lisabon setiap tahun pada akhir abad ke-14, terutama pada masa Pangeran Henry. Lisabon mulai mampu menandingi Venesia dan Genoa yang telah terlebih dahulu menjadi pusat perdagangan, namun mulai kehilangan peranannya pada abad ke-15 seiring dengan konflik internal, pertempuran dengan bangsa Eropa lain seperti Perancis, Aragon, Jerman dan perluasan pengaruh Kekaisaran Turki Otoman.

Pemerintah Portugal berhasil membangun kapitalisme negara yang unik. Mereka mengidentifikasi dirinya sebagai entreprenur utama, yang menggunakan sumber negara sebagai modal untuk menciptakan monopoli perdagangan ke berbagai wilayah di seberang laut.

Cengkeh, pala dan fuli bersama-sama rempah yang lain seperti lada dan kayu manis merupakan komoditi dari kepulauan Indonesia yang paling dicari oleh para pedagang Eropa itu. Pertanyaan yang muncul kemudian, alasan apakah yang mendorong Portugis melakukan hal-hal yang telah disebutkan di atas? Sampai tingkat tertentu, beberapa alasan yang akan disebutkan sekaligus menggambarkan sebuah proses atau berurutan secara kronologis.

Alasan-alasan itu antara lain :

1. Tindakan yang dilakukan oleh Portugis itu pada awalnya bertujuan untuk mematahkan dominasi para pedagang Itali.
2. Dalam perkembangan kemudian, ekspansi yang dilakukan Portugis didorong oleh keinginan untuk melepaskan diri dari ketergantungan mereka terhadap pedagang Muslim.
3. Keinginan untuk berpartisipasi langsung dalam perdagangan rempah-rempah, terutama sejak perluasan kekuasaan Turki yang berakibat pada perubahan pusat perdagangan dari sekitar Teluk Persia ke Laut Merah.

Setelah mengetahui alasan yang telah disebutkan diatas, perlu diketahui beberapa pendapat lain yang dapat digunakan sebagai pembanding untuk menjelaskan lebih lanjut proses perkembangan ekspansi bangsa Eropa. Dua dari pendapat-pendapat itu adalah :

1. Menurut Carlton J.H. Hayes, Marshall W. Baldwin dan Charles W. Cole yang menulis sejarah Eropa secara komprehensif, ekspansi Portugis itu merupakan perpaduan sempurna dari motif yang kompleks mencakup perang salip, perdagangan komersial, kegiatan misionaris, nafsu kapitalistik untuk mendapat kekayaan, petualangan dan keingintahuan terhadap wilayah-wilayah asing.

2. Dalam kalimat yang tidak jauh berbeda, J.H. Plumb mengatakan ekspansi yang diikuti dengan penggunaan kekerasan berlebihan termasuk pembunuhan dan penyembelihan itu dilatarbelakangi oleh alasan keserakahan, semangat keagamaan, kecurigaan, persaingan dan bahkan hanya mencontoh bangsa lain.

Hasrat untuk menduduki dunia lain sebagai koloni dan perluasan dari imperium masing-masing kekuasaan dari bangsa-bangsa di Eropa atas wilayah yang lain mulai diwujudkan, Belanda dan Inggris. Jika Portugis, Spanyol dan Inggris memiliki beberapa motif yang hampir sama, maka ekspansi Belanda lebih didorong oleh kepentingan ekonomi yang sangat kuat dibanding alasan dan faktor pendukung lainnya, namun bukan berarti bahwa beberapa motif tertentu yang sama tidak melekat pada Belanda.

Semangat komersial itu berkembang seiring dengan perlawanan Belanda terhadap Spanyol. Perlawanan itu tidak hanya terbatas dalam bentuk perang menggunakan senjata melainkan juga melalui ekspansi komersial yang agresif. Dalam bahasa J.H. Plumb, bagi Belanda perdagangan merupakan instrumen untuk terus hidup bagian dari perang dan daya tarik bagi mereka yang menyenangi hal-hal keagamaan, profesi serta status sosial.

Pada awalnya para pedagang Belanda menjadi pedagang perantara atas rempah-rempah yang dibawa oleh Portugis, namun akses mereka terhadap rempah-rempah yang dibawa Portugis dari Asia tertutup ketika terjadi perang pada awal 1580-an. Hal itu menimbulkan keinginan di kalangan pedagang Belanda untuk membawa langsung rempah dari pusat-pusat produksinya, dan sekaligus berkompetisi dengan Spanyol dan Portugis yang beragama Katholik.

Oleh karena itu menurut M.C. Ricklefs, persaingan perdagangan antara Belanda yang Calvinis dengan Spanyol dan Portugis yang Katholik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rasa permusuhan yang ditimbulkan oleh Reformasi Gereja.

Baca juga selanjutnya di bawah ini :

Post a Comment for "Mencari sumber ekonomi di seberang laut."