Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teknologi, Sains, dan Teknik Pada Masa Dinasti Song

Teknologi, Sains, dan Teknik Pada Masa Dinasti Song - Jaman kemajuan dalam teknologi senjata yang telah dipicu oleh bubuk mesiu, termasuk perkembangan pelempar api awal, granat eksplosif, senjata api, meriam, dan ranjau darat, memampukan Dinasti Song untuk mengusir musuh mereka hingga kejatuhannya pada abad ke-13.

Manuskrip Wujing Zongyao pada tahun 1044 merupakan buku yang pertama dalam sejarah yang menyajikan bahan bubuk mesiu dan pemanfaatannya sebagai berbagai macam bom peledak. Pada saat bertempur melawan Mongol, pada tahun 1259 pejabat Li Zengbo telah menulis dalam karyanya Kezhai Zagao, Xugaohou bahwa kota Qingzhou sedang memproduksi satu sampai dua ribu bom berselubung besi setiap bulannya, dan mengirim sepuluh sampai dua puluh ribu bom tersebut ke Xiangyang dan Yingzhou.

Sebaliknya, bangsa Mongol telah mempekerjakan tentara Tiongkok utara dan memakai jenis mesiu yang sama untuk melawan Song. Pada abad ke-14, senjata api dan meriam juga bisa ditemui di Eropa, India, dan Timur Tengah, pada masa awal bubuk mesiu.

Pengukuran jarak dan navigasi mekanis

Pada masa Dinasti Han, saat negara harus mengukur jarak yang telah ditempuh di kekaisaran, orang Tiongkok memakai alat odometer. Odometer Tiongkok berbentuk dokar. Gigi dalamnya berfungsi dari gerak rotasi roda, dan satuan jarak li ditandai dengan alarm drum atau bel.

Spesifikasi odometer pada abad ke-11 telah ditulis oleh Kepala Bendahara Lu Daolong, yang banyak dikutip dalam teks sejarah Song Shi (disusun tahun 1345). Pada masa Dinasti Song, odometer dipadu dengan alat mekanik kuno lainnya yang disebut kereta kuda yang menunjuk ke selatan. Alat yang awalnya ditemukan oleh Ma Jun pada abad ke-3 ini menggabungkan gigi diferensial yang membuat figur yang dimuat di atas kereta untuk selalu mengarah ke selatan.

Polymath, penemuan, dan astronomi

Tokoh polymath seperti negarawan Shen Kuo dan Su Song (1020–1101) merupakan lambang kemajuan dalam berbagai macam bidang ilmu, seperti biologi, botani, zoologi, geologi, mineralogi, mekanika, horologi, astronomi, kedokteran, arkeologi, matematika, kartografi, optik, kritik seni, dan masih banyak lagi.

Shen Kuo merupakan orang pertama yang bisa memahami deklinasi magnetik utara sejati saat sedang bereksperimen dengan sebuah kompas. Shen membuat teori bahwa iklim berubah secara bertahap seiring dengan berjalannya waktu. Ia membuat teori pembentukan tanah, dengan beberapa konsep di dalamnya sesuai dengan geomorfologi modern.

Ia melaksanakan percobaan optik dengan memakai kamera obscura beberapa dekade sebelum Ibn al-Haytham melakukannya. Shen juga memperbaiki rancangan alat astronomi seperti tabung pengamatan yang memampukan Shen Kuo untuk memperbaiki posisi bintang kutub (yang telah bergeser). Lebih lagi, Shen Kuo membuat jam hidrolik. Ia menemukan jam air baru yang lebih akurat dalam mengukur waktu.

Su Song telah dikenal karena risalah horologinya yang ditulis pada tahun 1092, yang mendeskripsikan secara detail menara jam astronomis setinggi 12 m yang berkekuatan hidrolik yang dibangun di Kaifeng. Menara jam tersebut memakai alat astronomis besar seperti bola armilari atau benda bulat yang digerakkan oleh mekanisme escapement yang bekerja berselang.

Selain itu, menara jam Su Song memanfaatkan rantai, yang juga dipakai untuk sepeda. Di menara jam Su juga terdapat roda gigi yang berputar dengan 133 maneken pendongkrak jam yang diatur untuk berputar sementara memukuli gong, bel, dan drum, dan menempatkan lempengan pengumuman. Di bukunya, Su menerbitkan atlas lima peta bintang. Peta bintang tersebut yang menampilkan proyeksi silindris yang mirip dengan proyeksi Mercator.

Matematika dan kartografi

Ada banyak kemajuan dalam matematika Tiongkok pada masa Dinasti Song. Buku yang diterbitkan pada tahun 1261 oleh matematikawan Yang Hui (c. 1238–1298) menyajikan ilustrasi segitiga Pascal versi Tiongkok, meskipun konsep tersebut sudah dideskripsikan oleh Jia Xian pada tahun 1100.

Yang Hui juga menulis aturan untuk membentuk susunan kombinasi dalam segi empat ajaib, mencantumkan bukti teoretis untuk dalil parallelogram Euklides, dan memakai koefisien negatif 'x' dalam persamaan kuadrat. Semasa dengan Yang, Qin Jiushao (c. 1202–1261) adalah orang pertama yang memperkenalkan lambang nol dalam matematika Tiongkok; sebelumnya hanya ruang kosong yang digunakan.

Ia juga dikenal akan karyanya tentang teorema sisa, rumus Heron, dan penentuan titik balik matahari musim dingin. Karya besar Qin adalah Shushu Jiuzhang (Risalah Matematika dalam Sembilan Bab) yang diterbitkan pada tahun 1247.

Geometri merupakan ilmu yang penting dalam kartografi. Peta Tiongkok paling awal berasal dari abad ke-4, namun berkat Pei Xiu (224–271) konsep ketinggian topografis, grid persegi panjang, dan skala telah diterapkan dalam peta. Dengan mengikuti tradisi panjang, Shen Kuo membuat peta timbul, sementara petanya yang lain menyajikan skala 1:900.000.

Peta kuadrat dari tahun 1137 yang terukir di blok batu telah mengikuti skala grid seragam sebesar 100 li untuk setiap grid, dan bisa memetakan pantai dan sungai di Tiongkok sampai India secara akurat. Lebih lagi, peta terrain tertua di dunia berasal dari ensiklopedia Yang Jia pada tahun 1155, yang menampilkan Tiongkok Barat tanpa sistem grid (yang merupakan ciri peta Tiongkok yang dibuat secara profesional).

Walaupun pembuat direktori geografis sudah ada semenjak tahun 52 pada masa Dinasti Han dan telah disertai dengan peta ilustratif (Mandarin: tujing) semenjak masa Dinasti Sui, petunjuk perjalanan berilustrasi lebih banyak beredar pada masa Dinasti Song, yang bermanfaat untuk bidang politik, administratif, dan militer.

Teknik hidrolik dan nautika

Pada waktu Dinasti Song, teknik hidrolik dan teknologi nautika telah mengalami kemajuan yang signifikan. Pada abad ke-10, sistem pintu air ditemukan, sehingga permukaan air bisa dinaikkan atau diturunkan untuk bagian terusan tertentu. 

Hal ini membantu mengamankan lalu lintas terusan. Selain itu, tongkang besar juga bisa lewat. Inovasi kompartemen sekat (bulkhead) kedap air telah membantu kapal agar tidak tenggelam saat lambungnya rusak. Apabila kapal rusak, orang Tiongkok pada abad ke-11 telah menemukan cara untuk memanfaatkan galangan kering untuk memperbaiki kapal.

Di galangan tersebut, palang dimanfaatkan untuk memperkuat kapal. Kemudi yang dipasang di buritan sudah ada semenjak masa Dinasti Han pada abad ke-1. Pada periode Song, orang Tiongkok telah menemukan cara untuk mengangkat dan menurunkan kemudi secara mekanis agar kapal bisa mengarungi perairan dengan berbagai macam kedalaman.

Rakyat Song juga menyusun jangkar dalam pola sirkuler daripada satu arah saja. David Graff dan Robin Higham menyatakan bahwa cara ini "lebih bisa diandalkan" dalam menjangkarkan kapal. Salah satu inovasi nautika paling penting pada masa Dinasti Song adalah diperkenalkannya kompas magnetik untuk navigasi di laut.

Kompas magnetik pertama kali ditulis oleh Shen Kui dalam Esai Kolam Mimpinya pada tahun 1088, dan juga oleh Zhu Yu dalam karyanya Pembicaraan Meja Pingzhou yang diterbitkan pada tahun 1119.

Percetakan huruf lepas

Percetakan huruf lepas dipelopori oleh seniman Bi Sheng (990–1051), yang pertama kali dideskripsikan oleh ilmuwan dan negarawan Shen Kuo dalam karyanya Meng Xi Bi Tan (Esai Kolam Mimpi) pada tahun 1088. Koleksi rupa huruf Bi Sheng diturunkan ke salah satu keponakan Shen Kuo, dan secara hati-hati dipelihara.

Percetakan huruf lepas menyempurnakan penggunaan metode percetakan balok kayu yang sudah menyebar. Kemajuan dalam bidang percetakan ini sangat membantu bidang pendidikan dan pejabat karena lebih banyak buku yang bisa diproduksi dengan lebih cepat, dan juga biaya percetakan besar-besaran lebih murah daripada menyalin satu per satu dengan tulisan tangan. Dengan semakin meluasnya percetakan pada periode Song, mobilitas sosial pun meningkat dan orang terdidik dan ahli menjadi semakin banyak; jumlah ahli berkembang pesat dari abad ke-11 hingga 13.

Percetakan huruf lepas yang ditemukan oleh Bi Sheng pada akhirnya dikalahkan oleh percetakan balok kayu karena batasan sistem penulisan aksara Mandarin, tetapi percetakan huruf lepas masih tetap dipakai dan terus diperbaiki pada periode berikutnya. 

Pejabat Dinasti Yuan Wang Zhen (fl. 1290–1333) menerapkan proses penyusunan huruf yang lebih cepat, mengganti perangkat karakter bergerak tanah liat Bi dengan kayu, dan mencoba menggunakan penggerak timah-logam. Pelindung percetakan yang kaya dari Dinasti Ming Hua Sui (1439–1513) membuat penggerak logam Tiongkok pertama (menggunakan perunggu) pada tahun 1490.

Pada tahun 1638, surat kabar Beijing mengganti proses percetakan mereka dari kayu menjadi penggerak. Namun, baru pada masa Dinasti Qing proyek percetakan besar-besaran mulai menggunakan percetakan huruf lepas, seperti percetakan enam puluh enam salinan 5.020 volume ensiklopedia Gujin Tushu Jicheng (Koleksi Lengkap Ilustrasi dan Penulisan dari Masa Paling Awal hingga Sekarang) pada tahun 1725, yang memerlukan pembuatan 250.000 karakter percetakan huruf lepas dalam bentuk perunggu. Pada abad ke-19, mesin cetak Eropa menggantikan metode percetakan huruf lepas Tiongkok, sementara percetakan balok kayu masih digunakan jarang-jarang untuk alasan estetis.

Teknik struktural dan arsitektur

Arsitektur pada masa Dinasti Song telah mencapai kemutakhiran baru. Pengarang seperti Yu Hao (abad ke-10) dan Shen Kuo (abad ke-11) menulis buku yang menguraikan tata letak arsitektur, ketrampilan, dan teknik struktural. Shen Kuo menyimpan dialog tertulis Yu Hao yang mendeskripsikan isu teknis seperti topangan miring yang dibangun di menara pagoda untuk menahan angin.

Shen Kuo juga menyimpan dimensi dan satuan pengukuran Yu untuk berbagai jenis bangunan. Arsitek Li Jie (1065–1110), yang menerbitkan Yingzao Fashi (Risalah Metode Arsitektur) pada tahun 1103, mengembangkan karya Yu Hao dan menyusun kode bangunan standar yang dipakai oleh badan pemerintah dan pengrajin di seluruh kekaisaran.

Ia menyampaikan metode standar konstruksi, desain, dan penggunaan parit, perbentengan, bangunan batu, bangunan kayu besar dan kecil, ukiran kayu, penggalian, penggergajian, bangunan bambu, pengubinan, tembok, pengecatan, dekorasi, pembataan, pembuatan genteng, serta menyajikan rumus mortar dalam pertukangan batu.

Dalam bukunya, Li menuliskan ilustrasi detail mengenai komponen arsitektur dan penampang bangunan. Ilustrasi tersebut menampilkan penggunaan korbel, lengan kantilever, serta purus dan lubang. Ia juga menguraikan satuan pengukuran dan dimensional standar untuk semua komponen bangunan yang dideskripsikan dan digambarkan di bukunya.

Proyek bangunan besar-besaran didukung oleh pemerintah, seperti didirikannya pagoda Buddha dan pembangunan jembatan besar. Pagoda yang telah didirikan kebanyakan tingginya melebihi sepuluh tingkat. Salah satu yang terkenal adalah Pagoda Besi yang dibangun pada tahun 1049 pada jaman Song Utara dan Pagoda Liuhe yang dibangun pada tahun 1165 pada masa Song Selatan. 

Pagoda tertinggi yang dibangun Song adalah Pagoda Liaodi di Hebei yang dibangun pada tahun 1055, dengan tinggi 84 m. Sementara itu, beberapa jembatan panjangnya mencapai 1220 m, dan cukup lebar untuk menampung dua jalur. Pemerintah juga mengawasi pembangunan kantor pemerintahan, apartemen istana, perbentengan kota, kuil leluhur dan kuil Buddha.

Pekerjaan sebagai arsitek, pengrajin, tukang kayu, dan insinyur tidak dipandang profesional seperti pejabat. Pengetahuan arsitektur telah diturunkan secara lisan selama ribuan tahun di Tiongkok, biasanya dari ayah pengrajin ke anaknya. Sekolah teknik struktural dan arsitektur pernah berdiri pada masa Dinasti Song; salah satu sekolah teknik yang bergengsi terletak di Fujian dan dikepalai oleh Cai Xiang (1012–1067).

Seni Song yang telah menggambarkan cityscape dan bangunan lain membantu ahli modern untuk merekonstruksi dan memahami arsitektur Song. Artis Dinasti Song seperti Li Cheng, Fan Kuan, Guo Xi, Zhang Zeduan, Kaisar Huizong, dan Ma Lin melukis bangunan dan juga citra kota yang menampilkan jembatan, balai, paviliun, pagoda, dan tembok kota. 

Ilmuwan dan negarawan Shen Kuo dikenal karena kritiknya terhadap arsitektur. Ia mengatakan bahwa lebih penting bagi seorang seniman untuk menangkap sudut pandang holistik suatu lanskap daripada berfokus kepada sudut dan pojok bangunan. Misalnya, Shen mengkritik karya pelukis Li Cheng karena gagal menerapkan asas "melihat yang kecil dari sudut pandang besar" dalam menggambarkan bangunan.

Arkeologi

Pejabat pada waktu Dinasti Song gemar mendapat barang peninggalan kuno dari situs-situs arkeologi untuk memulihkan penggunaan wadah kuno dalam upacara kenegaraan. Pejabat juga mampu menemukan wadah perunggu kuno yang telah dibuat pada masa Dinasti Shang (1600–1046 SM) dan mengandung aksara Shang.

Beberapa mencoba untuk membuat kembali wadah perunggu tersebut dengan menggunakan imajinasi belaka; praktik ini dikritik oleh Shen Kuo dalam karyanya pada tahun 1088. Akan tetapi, Shen Kuo masih melontarkan lebih banyak kritik. Ia menentang gagasan rekannya bahwa barang peninggalan kuno dibuat oleh "tetua bijak" terkenal atau oleh aristokrat kuno; Shen menyatakan kerajinan tangan dan wadah yang ditemukan dibuat oleh pengrajin dan orang biasa.

Ia juga tidak menyetujui pemanfaatan benda arkeologis untuk ritual kenegaraan karena Shen mengambil pendekatan interdisipliner terhadap arkeologi dan juga menekankan pembelajaran fungsionalitasnya dan penyelidikan proses pembuatan benda tersebut.

Sementara itu, Shen menggunakan teks kuno dan model bola armilari yang ada untuk membuat benda berdasarkan standar kuno. Ia juga mendeskripsikan senjata kuno seperti alat bidik pada busur silang.
Walaupun banyak yang tertarik kepada arkeologi hanya untuk upacara kenegaraan, beberapa rekan Shen juga memiliki cara pandang yang sama dengannya. Ouyang Xiu (1007–1072) menyusun katalog analitis untuk penggosokan batu dan perunggu yang memelopori gagasan dalam epigrafi dan arkeologi.

Pada waktu abad ke-11, ahli Song telah menemukan kuil kuno Wu Liang (78-151), seorang ahli dari Dinasti Han; mereka menghasilkan penggosokan untuk ukiran yang mendekorasi tembok makamnya agar bisa dianalisis di tempat lain. Perihal ketakterandalan teks sejarah yang ditulis setelah suatu peristiwa berlangsung, pejabat Zhao Mingcheng (1081–1129) menyatakan "...ukiran di batu dan perunggu dibuat pada waktu suatu peristiwa berlangsung dan bisa dipercaya tanpa syarat, dan maka perbedaan dengan teks sejarah dapat ditemukan.

"Sejarawan R.C. Rudolph menyatakan bahwa kekhawatiran Zhao mengenai sumber kontemporer untuk penanggalan yang akurat itu sejalan dengan keprihatinan sejarawan Jerman Leopold von Ranke (1795–1886), dan hal tersebut memang ditekankan oleh banyak ahli Song.

Sementara itu, ahli Song Hong Mai (1123–1202) mengkritik katalog arkeologis Bogutu karena "tidak masuk akal". Hong Mai memperoleh wadah kuno dari Dinasti Kuno dan membandingkannya dengan deskripsi di katalog, yang ia dapati sangat tidak akurat sehingga ia harus "menahan tawa."Hong Mai menuduh bahwa hal tersebut merupakan kesalahan Kanselir Cai Jing (1047–1126) yang melarang para ahli untuk membaca dan membandingkan dengan sejarah tertulis.

Baca juga selanjutnya di bawah ini :

Post a Comment for "Teknologi, Sains, dan Teknik Pada Masa Dinasti Song"