Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kekuatan Militer dan Persenjataan Zaman Kerajaan Majapahit

Kekuatan Militer dan Persenjataan Zaman Kerajaan Majapahit

Ketika waktu zaman Majapahit terjadi perkembangan, pelestarian, dan penyebaran teknik untuk membuat persenjataan yaitu keris berikut fungsi sosial dan ritualnya. Cara pembuatan keris mengalami penghalusan dan pemilihan bahan baku untuk membuat senjata menjadi semakin selektif. 

Keris pra-Majapahit telah dikenal berat tetapi sejak masa itu dan seterusnya, bilah keris yang ringan tetapi kuat menjadi petunjuk kualitas senjata sebuah keris. Pemakaian senjata keris sebagai tanda kebesaran kalangan aristokrat juga berkembang pada masa ini dan meluas ke berbagai penjuru Nusantara, terutama di bagian barat.

Menurut buku Sejarah Yuan, prajurit pada zaman Majapahit awal didominasi oleh infanteri ringan. Pada waktu serbuan Mongol ke Jawa, tentara Jawa dideskripsikan sebagai prajurit yang dimobilisasi sementara dari petani dan beberapa prajurit bangsawan. 

Untuk para bangsawan berbaris di garis depan, dan pasukan belakang yang besar berformasi T terbalik. "Tentara petani" Jawa berpakaian setengah telanjang dan ditutupi dengan kain katun di bagian pinggangnya (sarung). Sebagian besar bersenjatakan busur dan panah, tombak bambu, dan pedang pendek. Kaum aristokrat sangat dipengaruhi oleh budaya India, biasanya dipersenjatai dengan pedang dan tombak, dan berpakaian putih.

Meriam Cetbang Majapahit

Meriam Cetbang Majapahit

Selain memakai senjata keris, berkembang pula teknik pembuatan dan pemakaian tombak dan meriam kapal sederhana yang disebut juga Cetbang. Saat ini salah satu koleksi Cetbang Majapahit tersebut berada di The Metropolitan Museum of Art, New York, Amerika.

Cetbang dipasang sebagai meriam tetap atau meriam putar, cetbang ukurannya kecil bisa dengan mudah dipasang di kapal kecil yang disebut juga Penjajap (Portugis: Pangajaua atau Pangajava), dan juga Lancaran. 

Meriam itu dipakai sebagai senjata anti personil, bukan anti kapal. Pada waktu itu, bahkan hingga abad ke 17, prajurit angkatan laut Nusantara telah bertempur di panggung yang biasa juga disebut Balai. Menurut Anthony Reid, kalau ditembakan pada kumpulan prajurit dengan peluru scattershot, meriam seperti ini pasti sangat efektif.

Majapahit mempunyai pasukan elit yang disebut Bhayangkara. Tugas utama pasukan ini ialah untuk melindung raja dan kaum bangsawan, tetapi mereka juga bisa diterjunkan ke pertempuran jika dibutuhkan. Hikayat Banjar mencatat peralatan Bhayangkara di istana Majapahit:

... dengan perhiasannya orang berbaju rantai empat puluh serta pedangnya berkopiah taranggos sachlat merah, orang membawa astengger (senapan kopak) empat puluh, orang membawa perisai serta pedangnya empat puluh, orang membawa dadap serta sodoknya sepuluh, orang membawa panah serta anaknya sepuluh, yang membawa tombak rampukan bersulam emas empat puluh, yang membawa tameng Bali bertulis air empat puluh.

Menurut catatan China, prajurit yang lebih kaya memakai baju pelindung yang disebut kawaca. Baju pelindung itu berbentuk seperti tabung panjang dan terbuat dari tembaga yang dicetak. Walaupun begitu, prajurit yang lebih miskin pergi berperang dengan telanjang dada. Majapahit juga mengawali penggunaan senjata api di Nusantara. Suatu catatan tentang penggunaan senjata api pada pertempuran untuk melawan pasukan Giri pada tahun 1470-an berbunyi:

"... wadya Majapahit ambedili, dene wadya Giri pada pating jengkelang ora kelar nadhahi tibaning mimis ..."
"... pasukan Majapahit menembaki (bedil=senjata api), sementara pasukan Giri berguguran karena mereka tidak kuat dihujani peluru (mimis=peluru bulat)..."

Tidak diketahui secara pasti jenis senjata api apa yang digunakan dalam pertempuran ini. Kata "bedhil" bisa merujuk ke beberapa jenis senjata bubuk mesiu yang berbeda. Itu mungkin merujuk pada arquebus Jawa (Zua Wa Chong - 爪哇銃) yang telah dilaporkan oleh orang China. 

Arquebus ini mempunyai kemiripan dengan arquebus Vietnam pada abad ke-17. Senjata ini sangat panjang, dapat mencapai 2,2 m panjangnya, dan mempunyai dudukan bipod yang dapat ditekuk.

Catatan Tome Pires tahun 1515 telah menyebutkan pasukan tentara Gusti Pati, wakil raja Batara Brawijaya, berjumlah 200,000 orang, 2,000 diantaranya ialah prajurit berkuda dan 4,000 adalah musketeer. Duarte Barbosa sekitar tahun 1510 telah mengatakan bahwa penduduk Jawa sangat ahli dalam membuat artileri dan merupakan penembak artileri yang terbaik. 

Mereka juga membuat banyak meriam 1 pon (cetbang atau rentaka), senapan lontak panjang, dan senjata api lainnya. Setiap tempat disana dianggap sangat baik dalam mencetak artileri, dan juga dalam ilmu penggunaanya.

Untuk pasukan tentara angkatan laut, armada Majapahit telah memakai djong/jong secara besar-besaran sebagai kekuatan lautnya. Pada masa puncaknya Majapahit mempunyai 5 armada perang. Tidak diketahui secara tepat berapa jumlah total jong yang telah dimiliki Majapahit, tetapi jumlah terbesar yang pernah dipakai dalam satu ekspedisi ialah berjumlah 400 buah, tepatnya pada waktu Majapahit menyerang Pasai.

Di setiap kapal berukuran panjang sekitar 70-180 meter, berat sekitar 500-800 ton dan bisa membawa 200-1000 orang. Kapal itu telah dipersenjatai meriam sepanjang 3 meter, dan banyak cetbang berukuran kecil. Sebuah jong dari tahun 1420 mempunyai daya muat 2000 ton dan hampir saja menyeberangi samudera Atlantik.

Sebelum tragedi Bubat tahun 1357, raja Sunda dan keluarganya datang ke Majapahit setelah berlayar di laut Jawa menggunakan kapal-kapal jong hibrida Cina-Asia tenggara bertingkat sembilan (Bahasa Jawa kuno: Jong sasanga wagunan ring Tatarnagari tiniru). 

Kapal hibrida itu telah mencampurkan teknik China dalam pembuatannya, yaitu menggunakan paku besi selain memakai pasak kayu. Menurut Sejarah Melayu, jenis kapal lain yang dipakai Majapahit ialah malangbang, kelulus, lancaran, penjajap, jongkong, cecuruh, tongkang,dan pelang. Angkatan laut Majapahit di masa modern seringkali menggambarkan kapal-kapal bercadik, tetapi pada waktu kenyataannya kapal itu berasal dari abad ke-8 yaitu kapal Borobudur, yang telah digunakan dinasti Sailendra.

Baca juga selanjutnya di bawah ini :

Post a Comment for "Kekuatan Militer dan Persenjataan Zaman Kerajaan Majapahit"