Manajemen Konstitusional Ir. Akbar Tanjung
Manajemen Konstitusional Ir. Akbar Tanjung
Menyimak kekuatan dari manajemen Pak Harto adalah hal yan penting. Menurut saya inti dari kekuatan manajemen Pak Harto adalah sistem atau pola manajerial yang konstitusional. Manajemen yang menghargai dan menjunjung tinggi konstitusi sehingga langkah-langkah yang dilakukannya bisa dipertanggungjawabkan secara konstitusional.
Di situlah kekuatan Pak Harto. Beliau tidak mengambil langkah-langkah yang di luar amanat yang dibebankan kepada beliau sebagai mandataris MPR. Beliau mendapat amanat dari lembaga tertinggi kita di dalam rangka mencapai tujuan nasional kita.
Yang dimaksud dengan konstitusional adalah dengan mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Misalnya yang berkaitan dengan apa yang diamanatkan oleh GBHN, kemudian adanya Repelita-repelita yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari GBHN.
Pak Harto
Sebagai penjabaran, beliau secara periodik menyampaikan pidato kenegaraan, sebagai suatu konvensi yang dilakukan beliau, yang tidak dilakukan oleh presiden sebelumnya. Pada kesempatan itu beliau menyampaikan kepada bangsa Indonesia progress pembangunan kita dengan tidak menutup adanya kendala-kendala, hambatan-hambatan, dan hal-hal lain.
Kemudian yang dikemukakan beliau dilaksanakan secara konsisten dengan dibantu oleh para pembantu beliau, yakni para menteri. Tentu beliau sebagai presiden mempunyai hak prerogatif untuk menentukan siapa-siapa yang akan menjadi pembantunya, yang mana mereka menjadi tim Presiden di dalam melaksanakan amanat yang diberikan oleh GBHN. Meski sebagai tim, para menteri adalah sebagai pembantu, dan yang bertanggung jawab adalah presiden seperti sistem ketatanegaraan kita, sistem presidentiil.
Kekuatan beliau di dalam kepemimpinannya dikarenakan beliau sangat menjunjung tinggi konstitusi dan aturan-aturan yang disepakati di dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Misalnya soal masa jabatan lima tahun. Dalam berbagai kesempatan beliau mengemukakan bahwa masa jabatan presiden itu lima tahun.
Tetapi bisa dipilih kembali. Di situ memperlihatkan beliau mempunyai konsistensi yang tinggi terhadap konstitusi. Saya kira itu kekuatan beliau. Apa yang dilakukannya bisa dipertanggungjawabkan secara konstitusional.
Dalam setiap pengangkatan menteri ada keputusan presiden yang di situ ditetapkan ruang lingkup menteri yang bersangkutan. Ada menteri negara, ada menteri departemen. Semua ada uraiannya. Kemudian beliau memberi kesempatan kepada para pembantunya untuk melaksanakan tugas tersebut sesuai dengan ruang lingkup dan uraian tugas yang ada.
Selanjutnya, beliau secara teratur mengikuti perkembangan daripada pelaksanaan tugas-tugas instansi atau departemen atau menteri pembantu beliau, di mana secara periodik para menteri memberi laporan kepada beliau. Di situ dilaporkan tugas-tugas dan' pekerjaan di dalam ruang lingkupnya.
Juga para menteri meminta arahan dan petunjuk dari beliau di mana beliau juga berpegang dalam GBHN dan konstitusi dalam memberi arahan, juga hal-hal yang berkembang di dalam masyarakat yang dijadikan acuan. Para menteri menjabarkan dan melaporkan perkembangannya.
Kita hanya mengerjakan yang berkaitan dengan ruang lingkup tugas kita. Memang ada juga kebijakan-kebijakan yang memerlukan petunjuk beliau, untuk itu kita laporkan untuk kita mintakan persetujuan. Setelah disetujui, kita laksanakan. Sebelumnya kita melaporkan semua pertimbangan untuk mengajukan konsep keputusan tersebut. Beliau memberikan tanggapan, kalau beliau melihat apa yang kita tetapkan tepat atau betul, beliau akan menyetujui.
Jadi, kepemimpinan beliau simpel saja sesuai aturan dan berpegang pada aturan. Kita pun kalau mengerjakan sesuai aturan kita tidak khawatir karena beliau akan memberikan dukungan. Beliau akan selalu memperhatikan masalah masyarakat, misalnya perumahan. Beliau selalu mengingatkan bagaimana cara memberikan kemungkinan bagi rakyat kecil untuk memiliki rumah, bagaimana agar pemerintah melakukan langkah-langkah agar masyarakat berpenghasilan rendah dapat memiliki rumah sendiri, agar terjangkau dengan harga rumah yang tersedia.
Baca juga selanjutnya Struktur Organisasi Kabinet Pembangunan VI Jaman Suharto
Tentu hal ini tidak lepas dari latar belakang dan pengalaman beliau yang dibesarkan di tengah-tengah rakyat sehingga sangat peka perasaan kerakyatannya. Itu jelas dalam kita melaksanakan tugas. Nuansa-nuansanya sangat kelihatan.
Dibandingkan sistem manajemen yang ada, kelebihan beliau adalah konsistensi akan aturan-aturan yang ada. Itu kalau konteks besar sehingga setiap langkah bisa dipertanggungjawabkan. Dalam lingkup kecil, beliau memberikan kesempatan dan kewenangan kepada para menterinya. Pendelegasian wewenang diberikan secara penuh. Seperti misalnya soal perumahan beliau mengatakan:
"Masalah itu masalah mendasar, rumah itu menjadi kebutuhan masyarakat, terutama yang berpendapatan rendah, dan DPR juga telah mengamanatkan demikian. Oleh karena itu, sebagai menteri perumahan saya minta saudara memberikan perhatian yang besar dalam rangka apa yang diamanatkan GBHN. Kita yang menerjemahkan dan melaksanakan itu".
Beliau memberikan kewenangan penuh untuk melaksanakan. Jadi, beliau sangat percaya kepada pembantu-pembantunya. Itu saya kira kekuatan manajemen beliau dari lingkup kecil. Kita diberi kepercayaan, pendelegasian wewenang, dan kalau ada kekeliruan-kekeliruan beliau tidak menyalahkan, tetapi memberikan arahan.
Secara tidak langsung beliau memberikan koreksi, memperbaiki seandainya ada hal-hal yang perlu diberikan penajaman-penajaman. Mekanisme kontrolnya adalah secara teratur kita melaporkan kepada beliau sebulan sekali. Di situ kita menyampaikan secara tertulis hal-hal yang kita lakukan, berkaitan dengan program yang telah diamanatkan GBHN.
Di situ beliau bisa sekaligus melakukan kontrol, sejauh mana pembangunan perumahan, misalnya sudah berhasil kalau dibandingkan dengan target. Target Pelita VI 500-600 ribu unit rumah untuk masyarakat berpendapatan rendah. Dalam setiap kesempatan beliau selalu mengingatkan. Beliau juga mengingatkan agar pengembang-pengembang besar memperhatikan rumah bagi masyarakat berpendapatan rendah. Itu terwujud dalam konsep perumahan berimbang yang diperkenalkan pemerintah, yaitu konsep l-3-6.
Selain itu, beliau juga menerima feedback dari masyarakat, dari pemberitaan, dari media massa, dari para pembantu-pembantunya yang lain, kemudian dari sumber-sumber lain yang tidak kita ketahui. Feedbeack itu kemudian diteruskan kepada kita untuk mendapat perhatian kita. Untuk menyampaikan kritik kepada beliau, biasanya kita mengatakan sebagai aspirasi masyarakat dan kita sampaikan kepada beliau.
Misalnya agar pengembang tidak boleh hanya membangun rumah mewah, Untuk kemudian pengembang-pengembang besar diarahkan untuk membangun secara berimbang, membangun rumah kecil atau sederhana, kemudian nama-nama Pemukiman dengan istilah-istilah asing.
Menurut beliau tidak perlu pakai nama asing. Kalau kawasannya baik, fasilitas baik, kualitas bangunan baik, lingkungan baik. tidak perlu nama asing. Memakai nama Indonesia pun pasti laku. misalnya Pondok Indah. Bumi Serpong Damai. Kapuk ludah.
Untuk pegawai negeri. misalnya diketahui mempunyai kekurangan. Walau dibeli dengan sistem kredit tapi seringkali mengalami kesulitan untuk uang muka. Timbul gagasan tabungan perumahan pegawai negeri sipil, beliau merespon dan diadakan tabungan perumahan Pegawai Negeri Sipil, di dalam rangka agar mereka dapat memiliki rumah.
Kita juga sedang memikirkan tabungan perumahan untuk pekerja swasta. Pada prinsipnya beliau menyetujui, tetapi kita harus kaji dan koordmasikan dengan menteri atau instansi terkait untuk mematangkannya. lack, kalau ada masukan dari bawah beliau pasti memberikan respon, sejauh itu memang demi kepentingan masyarakat, kepentingan rakyat banyak.
Saya diangkat kembali menjadi menteri dengan diberi tahu melalui telepon.
"Saudara akan saya tugaskan kembali untuk membantu saya. Tugas itu kepada saudara untuk menjadi Menteri Perumahan. Tugas itu cukup berat karena rumah merupakan kebutuhan dasar dari masyarakat. Untuk itu, saya minta saudara bisa membantu saya dengan sebaik-baiknya".
"Siap, Pak."
Setelah ditetapkan kemudian dilantik. Saat melapor pertama kali! behau memberikan arahan-arahan yang lebih rinci.
Untuk mampu menerjemahkan gagasan Pak Harto ada beberapa kiat pertama, tentu kita mengikuti apa yang menjadi petunjuk beliau. Kedua, kita belajar dan pengalaman beliau sendiri, di mana kekuatan beliau itu konsistensi kepada aturan dan konstitusi.
Kalau kita menjalankan tugas dengan konsisten kepada aturan dan konsitutsi maka kita yakin akan dapat melakukan tugas dengan benar. Ketiga dalam kesempatan-kesempatan melaporkan secara periodik, kita harus mampu menangkap nuansa-nuansa yang ada di dalam petunjuk-petunjuk yang beliau sampaikan.
Oleh karena itu, kita harus mampu menangkap petunjuk-petunjuk itu. Karena itu adalah sesuatu yang harus kita lakukan dengan memperhatikan nuansa dari petunjuk tersebut. Walau Pesan-pesan itu dinyatakan secara eksplisit. Saya kita itu salah satu kiat yang harus kita miliki.
Program utama kita sekarang ini adalah menyediakan iklim agar pembangunan perumahan kita bisa berjalan secara baik dan optimal dalam kaitan dengan penyediaan Perumahan bagi masyarakat terutama masyarakat berpendapatan rendah.
Kedua, bagaimana kita mengawasi dan sekaligus mengendalikan supaya Pembangunan Perumahan sesuai dengan sasaran-sasaran yang telah ditentukan. Pembangunan perumahan itu sendiri yang melaksanakannya adalah masyarakat, baik itu secara perorangan maupun badan-badan usaha yang bergerak di pembangunan perumahan. Iklim itu yang harus kita ciptakan. Secara khusus pemerintah memperhatikan perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah, di mana pemerintah menyediakan subsrdi dalam bentuk subsidi KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dengan bunga yang murah.
Dalam kaitan dengan itu pemerintah telah menetapkan untuk membangun 500-600 ribu unit rumah untuk masyarakat berpendapatan rendah selama Repelita VI. Itu program besar kita. Karena itulah, kita menciptakan iklim yang kondusif bagi masyarakat dan perusahaan.
Termasuk BUMN Perum Perumnas yang ditugaskan mengemban misi membangun rumah dengan moto mengutamakan kelayakan dan keterjangkauan masyarakat. Untuk swasta kita ciptakan iklim pembangunan perumahan supaya mereka bisa berkiprah dalam menyediakan perumahan bagi masyarakat sekaligus melaksanakan pembangunan bagi yang berpendapatan rendah, antara lain dengan kebijakan l-3-6.
Mewah, menengah, sederhana. Koperasi juga kita dorong, agar dimungkinkan koperasi menjadi pengembang membangun rumah bagi masyarakat pada umumnya, tidak hanya kepada para anggotanya saja. Ini yang kita kerjakan. Dalam menciptakan iklim kita harus memperhatikan pelaku pembangunan perumahan dan masyarakat.
Perbankan juga kita minta perhatiannya dalam penyediaan kredit. Pemerintah sudah menyalurkan KPR dengan bunga sangat rendah. Untuk RSS 8%, untuk rumah sederhana 11%. Kita juga minta bank-bank itu menyediakan KPR yang disediakan langsung oleh bank itu sendiri dengan suku bunganya sendiri dengan tetap kita himbau agar mereka yang membangun rumah-rumah tipe kecil supaya diberi bunga yang lebih rendah dari bunga pasar.
Kemudian, dari segi pendanaan mencoba mengembangkan konsep adanya pasar sekunder dalam rangka untuk memanfaatkan dana-dana yang bersifat jangka panjang, di mana dana-dana tersebut bisa dipergunakan untuk mendanai proyek pembangunan perumahan yang pada hakikatnya juga bersifat jangka panjang.
Masyarakat membeli rumah dengan sistem KPR jangka panjang, sedangkan dana yang ditanam masyarakat jangka pendek. Bagaimana supaya match, dana yang dipakai membangun rumah itu bersifat jangka panjang dengan dana dari masyarakat yang jangka pendek. Untuk itu perlu dibentuk pasar sekunder di Indonesia, seperti yang telah diterapkan di beberapa negara maju.
Ini semua adalah mendukung iklim pembangunan perumahan dari sisi pendanaannya. Untuk itu kita lakukan koordinasi dengan departemen terkait. Kebetulan saya menjadi ketua BK3M, yang anggotanya Mendagri, Ketua Bappenas, Menteri PU, Menteri Sosial, Meneg Agraria/Ketua BPN.
Badan ini merumuskan kebijaksanaan yang sekaligus memecahkan beberapa masalah dan mengawasi serta mengendalikan pembangunan perumahan dan pemukiman. Badan inilah yang kita upayakan untuk bisa berfungsi secara optimal sehingga masalah perumahan dan pemukiman bisa kita kelola lebih baik.
Baca juga Manajemen Soeharto Suatu Fenomena
Saya tidak banyak mempunyai pengalaman pribadi dengan Pak Harto. Dalam kesempatan menjalankan tugas sebagai pembantu beliau secara teratur saya memberikan laporan-laporan, dan itu kebanyakan formal. Jadi, hubungan-hubungan yang informal tidak begitu banyak saya lakukan.
Akan tapi, kadang-kadang meski sifatnya formal dalam pertemuan itu tercipta suasana yang akrab dan non-formal, misalnya beliau juga kadang-kadang membuat ungkapan-ungkapan yang membuat suasana yang hangat, statemen-statemen yang membuat suasana tidak terlalu kaku. Dalam kesempatan-kesempatan bertemu juga bisa terjadi hal seperti itu.
Pesan saya kepada generasi muda adalah penting sekali mempelajari keberhasilankeberhasilan yang dicapai generasi tua, di mana kita belajar dari pengalaman pengalaman dan prestasi yang telah mereka capai. Itu penting sekali karena, pengalaman adalah sesuatu yang sangat berharga dan generasi muda perlu meneladani keberhasilankeberhasilan generasi tua.
Oleh karena itu, generasi muda perlu membaca dan mempelajari pikiran, konsep, gagasan-gagasan mereka, dan juga mempelajari serta mengamati bagaimana leadership mereka. Semuanya bisa menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi generasi muda untuk mengemban tugasnya di masa-masa mendatang.
Tugas itu tidak semakin ringan, bahkan makin berat dan kompleks. Untuk itu penting sekali bagi generasi muda untuk melakukan komunikasi langsung dengan generasi tua untuk mendapatkan pengalaman dan pelajaran. Dari dialog-dialog itu didapatkan berbagai hal yang akan menjadi nuansa-nuansa yang dapat menjadi bekal bagi generasi muda untuk menjalankan tugasnya ke depan.
Mungkin saja ada generasi muda yang tidak puas. Itu semua semata mata karena perbedaan tantangan, latar belakang pengalaman, usia, dan wawasan sehingga mempengaruhi jalan pikiran masing-masing. Tapi satu hal yang penting dipahami dan diketahui adalah bahwa generasi tua selalu mempunyai pengalaman lebih banyak.
Dari segi itu generasi muda perlu belajar dari mereka. Tetapi generasi tua juga harus memberikan kepercayaan kepada generasi muda dengan cara memberikan kesempatan untuk membuktikan kemampuan mereka.
Misalnya, yang paling akhir ini masalah pengembangan teknologi pesawat terbang. Itu membuktikan kalau diberi kesempatan mereka juga bisa menunjukkan kalau punya kemampuan yang dapat dibanggakan. Oleh karena itu, kita optimis generasi muda bisa meneruskan apa yang sudah kita capai, dan kita yakin mereka bisa semakin meningkat di masa mendatang.
Baca juga selanjutnya di bawah ini :
Post a Comment for "Manajemen Konstitusional Ir. Akbar Tanjung"