Kebijakan Pak Suharto dalam Deparpostel
Kebijakan Pak Suharto dalam Deparpostel
Kita tahu Pembangunan Jangka Panjang Tahap (PJP) I dibiayai oleh sektor migas. Akibat migas yang berlimpah-limpah, kita jadi lengah. Ketika terjadi krisis, yang mengherankan saya, hanya ada satu orang yang mampu melihat dalam kondisi buruk begini untuk menciptakan kemungkinan yang lain. Orangnya adalah Presiden Soeharto. Hanya presiden yang lihat, bahwa ada yang namanya "pariwisata".
Tahun 1981, sewaktu saya menjabat Dirjen Protokol, datang Sekretaris Wakil Presiden dan cerita tentang jalannya sidang kabinet. Secara mendadak Bapak Presiden cerita mengenai pariwisata. Semua menteri terdiam. Berapi-api beliau menjelaskan pariwisata dan membuat sketsa mengenai peluang, kemungkinan dan harapan.
Saat itu Pak Harto mengatakan: "Saya kasihan dengan orang yang disuruh melaksanakan ini." Lantas isyu pun berkembang, bahwa saya mau dicalonkan. Saya tidak mengerti, saya tidak ada pikiran ke arah itu. Saya berpendidikan diplomat, saya Dirjen Protokol. Ya begitulah, isyu jadi kenyataan. Saya diperintahkan dari satu kursi pindah ke kursi lain. Waktu itu Pak Harto bilang, bahwa bidang ini bisa menjadi penghasil devisa non-migas, nomor tiga atau nomor dua dalam 10 tahun mendatang.
Terus terang saja, selama 5 tahun pertama berjalan, justru pembantu beliau, menteri-menteri ekonomi barangkali dalam pekerjaan atau Visinya _ tidak begitu mendukung. Saya mengalami tantangan yang cukup berat. Waktu. itu belum ada Deparpostel, masih Departemen Perhubungan. Adalah gagasan beliau membentuk departemen tersendiri. Sebagai menteri pertama adalah Pak Achmad Taher, pada waktu itu menjabat sebagai Sekjen. Setelah 10 tahun, Alhamdulillah visi beliau jadi kenyataan. Begitulah, visi bisa diwujudkan.
Sektor pariwisata, dalam l0 tahun mendatang harus menjadi sumber pendapatan devisa pertama dan salah satu sumber bagi penciptaan lapangan kerja yang terbesar, dan paling bisa berperan dalam pemerataan. Salah satu cm daripada pariwisata adalah pemerataan. Pendapatan langsung masuk ke kantong wong cilik. Trilogi pembangunan sudah lama didengungkan. Untuk mencapai pemerataan itu, terbukti pariwisata bisa.
Sekarang pariwisata termasuk industri terbesar di dunia, sebelum abab ke-21 baik dalam out put, dalam penerimaan dan dlam penciptaan lapangan kerja. Satu di antara tiap sembilan orang yang bekerja di dunia ini, kerja di sektor pariwisata. Untuk bangsa di Indonesia di mana Tuhan memberikan negara yang sedemikian kaya dan indah, tetapi juga penduduk yang tinggi, sangat cocok untuk pertumbuhan pariwisata.
Baca juga selanjutnya di bawah ini :
Soeharto looks like Lito Atienza of Manila, Philippines the former City mayor and BUHAY Partylist Congressman
ReplyDelete