Perkembangan Agama Islam Anak Benua India
Perkembangan Agama Islam Anak Benua India - Dalam tulisan Teuku May Rudy, digambarkan bahwa “Anak benua India”, sebelum terpecah menjadi India, Pakistan, dan Bangladesh adalah sebuah wilayah yang terletak di kawasan Asia Selatan yang mencakup luas kira-kira 2.075 mil dari utara ke selatan dan 2.120 mil dari timur ke barat.
Di sebelah utara, wilayah ini berbatasan dengan wilayah Tibet (Cina) dan Afghanistan; sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan laut (Sanmdera Indonesia); di sebelah timur berbatasan dengan Burma, dan di sebalah barat berbatasan dengan Persia (Iran).
Perekonomian mereka berdasarkan pada kombinasi antara penanaman hasil padi-padian di ladang yang berperak yang kebanyakan teririgasi dan dibajak dengan menggunakan sapi jantan, serta pembiakan lembu jantan, kerbau, domba, kambing, dan keledai.
Situasi India, secara kultural, saat Islam masuk sebenarnya sedang berada dalam titik lemah, akibat konflik yang berkepanjangan antarkekuatan agama dan politik, yakni antara kasta Brahmanik-Hinduisme dan keyakinan Budha, serta munculnya berbagai elit politik, terutama dominannya elit Rajput dengan elit-elit politik Hindu.
Dalam kondisi demikian, pemerintahan lokal mengambil peran yang lebih dominan dalam menanamkan pengaruhnya terhadap rakyamya. Tidak hanya sebatas itu, berbagai kewenangan yang berlebihan dalam penggunaan kekuasaannya pun hampir mudah ditemukan di setiap wilayah. Anehnya, masyarakat India tetap saja setia pada kenyataan tersebut.
Gambaran umum tentang masyarakat India saat Islam memasuki wilayah ini, menunjukkan indikasi yang sangat sulit bagi proses Islamisasi. Ini menunjukkan bahwa betapa kuatnya pengaruh dan dominasi kultural yang telah dibentuk oleh pendahulu dan penguasanya dalam menciptakan ideologi keagamaan dan sentimen kulturalnya.
Melihat kondisi ini, seorang sejarawan muslim terkemuka Al-Biruni (wafat tahun 1048 di Ghazna, Aghanistan sekarang), dalam kapasitasnya sebagai pengamat sosial menjelaskan dalam karya Kitab Al-Hind yang ditulisnya pada tahun 1017, menyimpulkan bahwa ada lima hal penting yang menjadi titik perhatian pengamatannya, sekaligus menjadi ciri khas masyarakat India, dalam menolak sesuatu yang datang dari luar, yakni bahasa, agama, tradisi, dan kebencian terhadap orang asing, fanatisme, dan keangkuhan budaya.
Dalam analisis Ajid dan Ading”), yang mengutip pikiran Al-Biruni, menguraikan tentang karakteristik masyarakat India pada umumnya, sebagai berikut :
Pertama, bahasa orang-orang India memiliki bahasa yang jauh berbeda dengan bahasa yang umumnya dimiliki kaum muslimin saat itu, Arab dan Persia. Mereka memiliki bahasa Sanskerta yang terbentuk oleh pengalaman sejarah yang sangat panjang dan memiliki berbagai nuansa psikologisfilosoiis yang sangat dalam dan rumit.
Misalnya, benda atau sesuatu yang sama, tetapi memiliki nama yang berbeda, atau sebaliknya. Orang-orang Hindu sangat membanggakan kebiasaan dan kebesaran ini. Bahasa mereka juga terbagi dalam berbagai bahasa kelompok kasta.
Bahasa yang masih terpelihara hanyalah di sekitar kelompok terdidik dan terlatih. Orang-orang Arab dan Persia, merasa kesulitan untuk membedakan kata-kata yang diumpkan sehingga pernyatannya hampir tidak mungkin untuk dinyatakan dalam tulisan.
Kedua, mereka berbeda secara mutlak dalam tradisi keagamaan. Mereka juga sangat kuat memegang teguh tradisi, sekalipun di antara mereka terjadi perselisihan dalam persoalan pokok ketuhanan. Perselisihan itu hanya sebatas perang kata-kata.
Mereka tidak pernah berkorban harta atau jiwa dalam pertentangan agama. Semua kefanatikan agama hanya diarahkan untuk melawan orang-orang asing yang dianggap najis. Mereka dilarang untuk berhubungan dengannya, baik dalam perkawinan, duduk bersama, atau minum. Orang yang melanggar larangan itu (berhubungan dengan orang asing) sama najisnya dengan mereka, sekalipun tersentuh air dan api yang dipakai oleh orang asing (baca: Arab dan Persia).
Bahkan, bagi orang asing yang hendak memeluk agama mereka (Hindu) harus dietu'igai. Jelasnya, orang-orang Hindu di India sangat sulit diajak hidup bersama karena pandangan dan tradisi agamanya yang sangat arogan.
Ketiga, di antara mereka, ada sikap yang sangat radikal yang selalu diarahkan kepada setiap generasil Mereka menakuti anak-anaknya bahwa para pendatang itu najis dan jahat; bahwa pakaian dan cara adat-istiadat kehidupan para pendatang itu keturunan setan.
Keempat, orang-orang Budha pun menaruh kebencian yang sangat dalam kepada pendatang dari negara-negara barat. Karena pengalaman dulu, agama Budha terusir dari Balkh, Khurasan, Irak, dan Persia. Para pengikutnya meninggalkan tempat itu saat Zarasuthra mendominasi negaranegara belahan barat.
Kelima, dengan sombong orang-orang Hindu beranggapan bahwa hanya dirinya yang terbaik. Mereka percaya tidak ada negara seperti milik mereka, tidak ada bangsa seperti mereka. Kesombongan itu telah tertanam sedemikian rupa.
Analisis Al-Biruni, tampaknya membenarkan adanya teori resistansz kaum Hindu terhadap Islam. Berbicara tentang keadaan agama-agamayang berkembang dan dianut oleh masyarakat India, sebelum wilayah ini terpecah menjadi India, Pakistan, dan Bangladesh, wilayah ini sudah terdapat agama Hindu, Budha, Islam, Kristen, Sikh, Jain, dan Zoroaster.
India merupakan tempat lahirnya agama Hindu, Budha, Jain, dan Sikh. Karena itu, Hindu, Budha, Sikh, dan Jain bisa disebut sebagai agama asli India karena agama ini muncul dan berkembang luas pertama kali dalam kehidupan masyarakat India.
Tampaknya, pentingnya agama sebagai petunjuk dalam kehidupan tidak hanya menjadi milik masyarakat luar India karena bagi masyarakat India pun keberadaan agama telah menjadi sesuatu hal yang penting.
Hal ini dapat terlihat dari fakta bahwa karena perbedaan agama, muncullah pembagian bentuk negara yang berbeda ketika kemerdekaan diberikan kepada masyarakat India. Jadi, masalah identitas agama benar-benar menjadi alasan pertamanya.
Seperti diketahui bahwa sejak tahun 600 S.M., ajaran agama Hindu dengan amran-amran kastanya sudah banyak digunakan di tengah masyarakat India. Ini mengandung arti bahwa sejak masa itu keyakinan Hindu sudah dianut oleh banyak orang.
Hingga awal abad ke-20, keberadaan agama Hindu di India sudah mencapai usia 2.400 tahun. Dengan kata lain, agama Hindu sudah berjalan selama 2.400 tahun lebih. Tidak lama setelah berkembangnya agama Hindu, di India pun' muncul ajaran baru yang dibawa oleh Sidharta Gautama, seorang anak Raja Kapihuvastu pada tahun 500 S.M.
Ajaran agama ini dikenal dengan nama Budha. Melihat dekatnya letak antara India dan Persia (sekarang Iran), tidak mustahil jika dikatakan bahwa di India banyak orang Persia yang hidup menetap dan mengembara di India. Oleh karena itu, di Bombay dapat ditemukan komunitas masyarakat yang menganut agama Zoroaster.
Fakta sejarah menunjukkan sebelum Islam masuk sekitar tahun 6000-5000 S.M., bangsa Dravida berdatangan dari Asia Barat ke India dengan membawa serta kepercayaan terhadap adanya Tuhan secara abstrak.
Pada abad ke-6 S.M., bangsa Aria dari Persia juga berdatangan yang kemudian menguasai Punjab dan Benarus (India Utara) dengan membawa serta kepercayaan mereka tentang adanya Tuhan secara nyata. Pada tahun 599 S.M., lahirlah Mahawir yang memelopori lahirnya agama Jain. Pada tahun 557 S.M., lahir pula Sidharta Gautama Budha di Kapilabastu di kaki Gunung Himalaya dan menjadi pelopor lahirnya agama Budha.
Pengembaraan Syuan Tsyang, seorang biksu Budha yang melakukan perjalanan selama lebih tiga puluh tahun, terungkap fakta bahwa pengaruh agama Budha sudah mulai tersebar luas pada tahun 640-an M. Wilayah yang telah nienerima pengaruh agama Budha adalah Burma, Thailand, Kamboja, Annam, dan Indonesia. Wilayah Asia Tengah, termasuk Persia, merupakan basis dari aktivitas agama ini, khususnya di Balkh, Bamian, Kapisa (Kaspia) hingga Dataran Tinggi Pamir (Khasmir)33).
Tahun-tahun menjelang masuknya Islam, agama Jain tidak lagi populer. Demikian pula agama Budha, sedang menurun. Sebaliknya, agama Hindu adalah agama yang paling penting dan banyak dianut oleh rakyat India. Hampir semua raja yang sedang berkuasa menganut agama tersebut.
Tekanan yang besar dari kelompok kasta Brahmana terhadap penganut agama Budha menyebabkan mereka mengharapkan datangnya kekuatan lain yang bisa memberi perlindungan dan menghindari kekejaman penguasa Hindu.
Di sisi lain, di antara para penganut agama Hindu terjadi perebutan kekuasaan. Konflik Hindu dan Budha,.secara umum, tampak jelas dalam persaingan perdagangan. Kelompok Hindu cenderung lebih senang untuk memonopoli, sedangkan Budha lebih giat dalam memperoleh keuntungan.
Karena kelompok Budha lebih banyak terkalahkan dalam persaingan, akhirnya mereka lebih terbuka untuk menerima Islam. Oleh karena itu, mayoritas muslim India berasal dari orang-orang Budha yang pernah tertekan dan tersisihkan oleh dominasi kekuasaan Hindu.
Hingga kini, kawasan Asia Selatan India tetap memiliki beragam perbedaan antara satu daerah dengan daerah lainnya. Boleh dikatakan bahwa, secara kultural, India pun bukanlah negara kesatuan, melainkan sejenis benua. Karena itu, India sering disebut sebagai Anak Benua India.
Bahkan, sebelum Inggris memisahkan atau membagi politiknya, Burma pun termasuk ke dalam wilayah India. Tetapi, Inggris menetapkannya sebagai wilayah yang haya terbentuk segitiga yang menjulur jauh ke Laut India.
Ketika Islam mulai memasuki wilayah India, baik pada periode pertama masa Umayah maupun Abbasiyah, karakteristik sosial, budaya. politik, dan agama masih menunjukkan hal yang sama. Setiap daerah memiliki tokoh ,yang memegang otoritas wilayah dengan segenap wewenangnya.
Sebenarnya, Islam yang kelak diperkenalkan oleh para penakluk muslim ke Anak Benua India adalah ajaran yang unik. la berjalan cukup lama dari dunia Arab melintasi Persia dengan berbagai kekayaan budayanya yang cukup mapan. Budaya itu bukan hanya tradisi agrikultural, urbanisasi, dan administrasi, melainkan juga bentuk-bentuk realitas keagamaan yang terorganisir secara sempurna.
Perlahan tapi pasti, Islam menjadi agama yang banyak dianut oleh penduduk India, Islam masuk pertama kali ke India pada abad ke-7.M. tepatnya pada tahun 711, yakni saat terjadinya penyerangan yang dipimpin oleh Muhammad Ibnu Qasim ke Sind.
Kendati pun begitu, pendudukan dan pembentukan pemerintahan Islam yang sebenarnya baru terjadi dan dimulai pada abad ke-10 M., oleh Dinasti Gaznawiyah yang berasal dari Asia Tengah. Dinasti ini berhasil membangun ibukota pemerintahannya di Lahore pada tahun 1021, lalu, ekspansi muslim ke timur menyebabkan berdirinya Kesultanan Delhi dan Sumatra pada awal abad ke-8 M.
Baca juga di bawah ini
Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perluasan wilayah Islam yang terus-menerus dari pemerintahan Islam. Akibatnya, perkembangan kebudayaan Islam pun mencapai puncaknya pada masa Dinasti Mughal sehingga masyarakat muslim mendominasi wilayah India utara, seperti Sind. Balukisran, Punjab, provinsi perbatasan barat laut yang sekarang menjadi bagian negara Pakistan.