Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teater Non Tradisional Daerah

Teater Non Tradisional Daerah

A. Perkembangan Teater Non-Tradisional

1. Ciri-Ciri Teater Non-Tradisional

Teater Nontradisional adalah teater modern yang memiliki ciri-ciri : ada naskah (tidak lagi bersifat improvisasi), ceritanya tidak statis, mengandalkan seni peran, dan perencanaan lebih kompleks. 

a. Ada naskah 
Teater nontradisional tidak lagi mengandalkan improvisasi dari pemeran karena pemeran dalam berakting akan “dipandu" oleh naskah yang berbentuk naskah lakon atau naskah drama. Sebelum pentas, naskah drama dipersiapkan. Kemudian. pelaku diberi peran sesuai dengan karakter masing-masing. Pelaku tidak boleh keluar dari naskah yang sudah dipersiapkan tersebut, sehingga improvisasi pelaku terbatas. 

b. Cerita tidak statis 
Cerita teater nontradisional diambil dari tulisan sastra sehingga lebih bervariasi. Hal ini berbeda dengan teater tradisional yang mengambil cerita dari cerita rakyat. Tulisan sastra lebih bervariasi dan tidak statis. namun cerita rakyat hanya terbatas pada dongeng dan hikayat. Selain dari _tulisan sastra, cerita teater nontradisional mengambil cerita dari kehidupan masyarakat sehari-hari. seperi kehidupan buruh. petani, atau pedagang. 

c. Mengandalkan seni peran 
Teater tradisional lebih mengandalkan seni tari dan nyanyian, tetapi teater nontradisional lebih mengandalkan pada seni peran, lebih mengutamakan gerak atau laku dan dialog sesuai dengan naskah drama. Jika dalam pementasan teater nontradisional ada tari dan nyanyian, hal itu bukan hal yang pokok. Tari dan nyanyian dalam teater nontradisional bersifat pelengkap.

d. Perencanaan lebih kompleks 
Teater nontradisional memerlukan perencanaan yang lebih kompleks, seperti persiapan, latihan, pementasan dan evaluasi. Dalam persiapan perlu ada naskah, sutradara, pelaku, dan petugas pementasan. Dalam latihan perlu ada penjadwalan yang jelas, sehingga pemain dapat berlatih sesuai jadwal. Dalam pementasan perlu ada panggung, dekorasi, tata busana, tata rias, tata musik, tata lampu, dan sound system yang baik. 

Teater Non Tradisional Daerah

2. Jenis-Jenis Teater Nontradisional Daerah

Berdasarkan ciri-ciri teater nontradisional di atas, ada beberapa jenis teater yang berkembang di daerah digolongkan tetater nontradisional (dalam bab XIII digolongkan teater trasisi), yaitu Abdul Muluk, Sandiwara Dardanella, dan Komidi Stambul. Kedua terakhir jenis teater tersebut oleh Achmad dikelompokkan ke dalam Teater Bangsawan. Sandiwara Dardanella dan Komidi Stambul berkembang di daerah Melayu. 

a. Abdul Muluk 
Abdul Muluk adalah grup teater yang pertama kali meninggalkan ciri-ciri 

teater tradisional, karena grup teater ini sudah memiliki ciri-ciri: 

1) Menggunakan naskah setiap kali pementasannya, 

2) Pemain tidak lagi mengandalkan improvisasi, 

3) Seni tari dan nyanyi sudah ditinggalkan, dan 

4) Cerita diambilkan dari cerita sastra tentang kehidupan masyarakat pada umumnya. 

b. Sandiwara Dardanella 
Sandiwara Dardanella didirikan oleh Pytr Litmonov yang kemudian berganti nama A. Pedro pada tahun 1926. Pada awalnya, ketika berdiri, bernama The Malay Opera Dardanella. Sandiwara Dardadella tidak lagi menggunakan tarian dan nyanyian. Ceritanya diambilak dari Indische Roman. Selain itu, ada beberapa cerita yang juga sering dipentaskan, yaitu: 

1) Cerita dari kisah 1001 Malam, seperti: “Aladin dan Lampu Wasiat”, “Ali Baba”, “Abu Hasan”, dan yang lainnya.

2) Cerita lama yang terkenal, seperti: “Roses of Yesterday". “Vera”, dan "Graufde Monte Kristo". 

3) Cerita Film yang populer saat itu, seperti: “Zorro", “The Son of Zorro”. "Dauglas Fairbank”, dan yang lainnya. 

c. Komidi Stambul 
Komidl Stambul didirikan oleh Augus Mahieu pada taun 1891. Komidi Stambul masih menggunakan nyanyian-nyanyian. Lagu yang biasanya dibawakan adalah lagu-lagu Melayu sehingga Komidi Stambul sering disebut Opera Melayu. Cerita Komidi Stambul diambilkan dari cerita 1001 Malam, “Nyai Dasima", “Oey Tam Bah Sia”, “Lily van Cikampek”, dan lain sebagainya. 

Ringkasan Hikayat 1001 


Tersebutlah raja yang lalim. Ia kecewa karena istrinya berbuat serong. Lalu, raja menikahi gadis-gadis yang ada di kerajaan tersebut. Setiap gadis yang la nikahi selalu dibunuhnya sebelum datangnya pagi. Sehingga hampir semua gadis di negeri itu mati dibunuh rajanya. 

Perdana Menteri bingung karena harus mencari gadis untuk dinikahi rajanya, Satu-satunya gadis yang masih hidup adalah anaknya yang bernama Syahrazad. Perdana Menteri tidak mau anak satu-satunya menjadi korban kelaliman rajanya. Ia terus berfikir bagaimana caranya mengatasi kelaliman rajanya. 

Dalam keadaan yang memaksa tersebut, akhirnya Syahrazad bersedia untuk dinikahi rajanya. Syahrazad sudah mempunyai rencana untuk mengatasi kelaliman rajanya. Setelah ia dinikahi, malamnya ia hendak dibunuh raja yang lalim tersebut. Namun, Syahrazad memohon untuk bercerita sebelum dibunuh. Permohonan itu dikabulkan raja. Syahrazad bercerita dengan bagus, sehingga raja merasa tertarik. Menjelang pagi cerita itu sampai pada puncaknya. Lalu raja meminta cerita itu untuk dilanjutkan esoknya. Begitu seterunya, Syahrazad bercerita sampai 1001 malam. 

lama kelamaan raja itu sadar bahwa tidak semua wanita memiliki sifat jelek. Selama 1001 hari atau kurang lebih tiga tahun, raja dikaruniai anak yang gagah. Sehingga raja semakin cantuh cinta pada Syahrazad. Syahrazad tidak dibunuh. Bahkan, mereka hidup bahagia. 

Penggalan Drama Berdasarkan Hikayat 1001 Malam 


Sebuah ruang pendopo milik Perdana Menteri kerajaan Kencanapura. Di tengah pendopo terdapat satu set meja-kursi. Perdana Menteri duduk termenung. Kemudian berdiri, berjalan mondar-mandir memikirkan masalah yang berat. Tidak lama kemudian masuk Syahrazad, putri satu-satunya, membawakan minum untuk ayahnya. 

Syahrazad : Ayah! Saya lihat sejak tadi ayah mondar-mandir terus. Sepertinya ada masalah berat yang sedang ayah pikir.

Perdana Menteri : (Duduk. lalu minum teh yang dihidangkan anaknya. Pause. Berdiri menuju depan). Ayah bingung, Syahrazad! 

Syahrazad : Kalau boleh tahu, masalah apa yang membuat ayah bingung? Mungkin ananda bisa membantu. 

Perdana Menteri : Ayah harus mencari gadis yang akan dinikahi rajaPadahal, gadis-gadis di kerajaan K encanapura ini sudah tidak ada lagi. Mereka dibunuh. Mereka menjadi 13th hanya semalam. Karena paginya sudah meninggal di bunuh raja.

Syahrazad : Bukankah masih ada saya, Ayah! 

Perdana menteri : Ayah tidak mau kamu menjadi korban karena dendam raja yang telah dikhianati istrinya dulu. 

Syahrazad : Ayah tidak perlu khawatir. Mudah-mudahan saya bisa mengatasinya! 

d. Teater pesisir 
Teater pesisir berkembang di Rembang. Di antara pementasannya adalah karya Anton Chekov yang berjudul The Proposal. Cerita ini berkisah tentang keluarga petani di Rusia. Tokoh utama cerita ini adalah Stepen Stepanovitch Tschubukov (seorang petani kampung), Natalia Stepanovna Anak Stepan yang berusia 25 tahun), Ivan Vassilytch Lomov (Tetangga Stepan). 

Drama The Proposal tersebut diterjemahkan dengan judul Pinangan. Nama pelaku juga diubah disesuaikan dengan nama Indonesia (Jawa), di antaranya Raden Mas Ngabehi Cokro , Senjoto dan Den Bagus Abot. Pinangan pernah ditampilkan di Sanggar Budaya Kompleks Rumah Dinas Bupati Rembang. Ceritanya di awali dengan lagu “Lamis” karya Waljinah. Kemudian secara belahan-lahan lampu menyala. Masuk Raden Mas Ngabehi Cokro Senjoto di atas pentas yang bersetting di keluarga ningrat.

Tidak lama kemudian dari depan tampak Den Bagus Alot. Raden Mas Ngabehi Cokro Senjoto menyambutnya dengan penuh semangat. Den Bagus Alot adalah tetangga Raden Mas Ngabehi Cokro Senjoto. Cerita itu terus berlanjut dengan dialog-dialog yang menggelikan. Penampilan ini hampir sama dengan cerita dalam Srimulat yang mengumbar humor dan kelucuan. 

3. Tokoh-Tokoh Dardanella

a. Tan Ceng Bok 
Tan Ceng Bok adalah seorang seniman panggung yang sangat terkenal. Ia mulai merintis kariernya di bidang seni suara. Ia pertama kali menjadi penyanyi keroncong Si Goler. Setelah itu, ia baru menekuni di bidang seni panggung. Tan Ceng Bok pertama kali tampil di seni panggung ketika ia menjadi pemain di sandiwara Wayang Cina, Stambul! Indra Bangsawan, dan bergabung dengan Opera Dardanella. Ia sempat berhenti selama penjajahan Jepang dan kembali setelah Indonesia merdeka. 

Tan Ceng Bok juga dikenal dalam dunia film. Beberapa film yang pernah ia bintangi di antaranya adalah; sebelum kemerdekaan: Srigala Hitam (1941), Singa Laut ( 1941), dan Tengkorak Hitam (1941); setelah kemerdekaan di antaranya: Melarat Tapi Sehat (1954), Djudi (1955), Peristiwa Surabaya Gebang (1956), Badai Selatan (1960), Bengawan Solo (1971), dan Donat Pahlawan Pandir (1978). Sejak tahun 1979 ia sudah tidak aktif lagi di panggung dan film. 

b. Fifi Young 
Fifi Young nama aslinya adalah Tan Kim Nio. Ia dilahirkan di aceh pada tanggal 12 Februari 1915 dan meninggal di Jakarta pada tanggal 1975. Fin Young adalah salah satu anggota pemain Opera Dardanella. Namun, ia lebih dikenal sebagai bintang film yang baik. Beberapa film yang pernah ia bintangi di antaranya adalah Air Mata Ibu (1941), Tarmina (1955), Jembatan Merah (1973), Si Doel Anak Betawi ( l973), dan yang terakhir Gaun Pengantin (1974). Dalam Festifal Film Indonesia (FFI) tahun 1955, ia berhasil terpilih sebagai pemain wanita terbaik dalam film Tarmina (1955). Pada tahun 1973, ia juga terpilih sebagai aktris terbaik FFI 1973 dalam film Wajah seorang Pembunuh. 

Selain Tan Ceng Bok dan Fifi Young, masih ada beberapa tokoh Dardanelia yang lain, di antaranya adalah Devi J a dan Pak Kuncung.

B. Unsur Estetis Teater Non-Tradisional

Teater Nontradisinal menggunakan cerita karya sastra yang menceritakan kehidupan masyarakat pada umumnya… Cerita karya sastra tersebut biasanya berbentuk naskah drama. Oleh karena itu, sebelum membahas unsur estetis teater nontradisional ini, lebih dahulu akan dijelaskan perbedaan drama, dengan puisi dan prosa. 

1. Perbedaan Karya Sastra Puisi, Prosa, dan Drama

a. Puisi 
Puisi adalah jenis karya sastra yang terikat oleh syarat-syarat tertentu, seperti korespondensi dan periodisasi. Puisi memiliki ciri-ciri sebagai berikut! 

1) Puisi terdiri atas baris-baris yang membentuk bait. 

2) Pilihan kata (diksi) di dalam puisi bersifat intens, artinya setiap kata mempunyai makna yang dalam. 

3) Puisi memiliki rima atau pola persajakan. 

4) Puisi bersifat multi-interpretebel, artinya puisi bisa dipahami lebih dari satu makna, karena biasanya puisi menggunakan kata-kata lambang. 

b. Prosa 
Prosa adalah karangan bebas yang tidak terikat seperti puisis. Prosa biasanya menggunakan bahasa sehari-hari. Bahasa prosa bersifat naratif-deskriptif. Ciriciri prosa adalah: 

1) Prosa terdiri dari kalimat-kalimat yang membentuk paragraf. 

2) Prosa menggunakan bahasa seharihari. 

3) Bahasa prosa bersifat naratif-deskriptif. 

4) Prosa bersifat bebas, tidak terikat oleh korespondensi dan periodisasi. 

c. Drama 
Drama adalah karya sastra yang menceritakan suatu peristiwa yang diwujudkan dalam bentuk dialog-dialog. Drama seharusnya dipentaskan, bukan hanya untuk dibaca. Namun, ada naskah drama yang hanya untuk dibaca karena tidak bisa dipentaskan. Drama yang hanya untuk dibaca disebut drama bacaan (Closed Drama atau Drama Repertoar atau Text-paly). Drama ini berhubungan dengan seni sastra. Drama yang dipentaskan berhubungan dengan seni pertunjukan (teater atau performance). 

Drama memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan puisi atau prosa. Ciri-ciri tersebut adalah: 

1. Drama terdiri atas babak dan babak terdiri atas adegan-adegan. 

2. Drama berbentuk dialog-dialog para tokohnya. 

3. Drama pada umumnya dapat dipentaskan. 

4. Untuk melengkapi dialog-dialognya, drama dilengkapi dengan petunjuk pementasan yang dapat membimbing sutradara atau' pemain untuk memahami naskah drama dengan baik. 

2. Unsur-Unsur Estetis Teater Non-Tradisional

Unsur-unsur estetis teater nontradisional dapat dilihat dari unsur intrinsiknya atau dapat pula dilihat dari tata artistik pementasan. 

a. Unsur-unsur intrinsik teater nontradisional daerah

l) Alur 

Alur cerita teater yang dipertunjukkan Dardanella dan Komidi .Stambul memiliki Perbedaan dengan alur cerita tetater tradisional. Alur cerita. teater Dardanella sudah bervariasi, tidak monoton. Karena cerita-ceritanya diambilkan bukan hanya dari cerita-cerita sastra, namun juga diambilkan dan cerita film-film yang sedang laris di gedung bioskop. 

2) Perwatakan 

Watak pelaku dalam cerita pertunjukan teater Dadanella dan Komidi Stambul tidak hanya memperlihatkan hitam-putih, tetapi ada juga yang abu-abu. Di dalam cerita Hikayat 1001 Malam, sifat raja yang lalim ternyata bisa berubah setelah menikahi Syahrazad. Di dalam cerita Abu Nawas, tokoh utama memiliki sifat humoris. 

Perhatikan sifat tokoh Abu Nawas di dalam penggalan cerita berikut!

Cerit Abu Nawas 

Abu Nawas bingung karena ra harus menggantikan pekerjaan arahnya agar menjadi seorang kadL Ayahnya Man meninggal beberapa hari yang lalu. Abu Nawas lalu mencan akal again ndak diangkat menjadi kadi oleh Raja Harun Ai-Rasyrd. 

Abunawas pura-pura g'ia. Ia berinti dari rumah ke makam ayahnya dengan menggunakan kuda-kudaan. Bahkan. ia menyuruh anak-anak memainkan musik dan Abunawas menari-nari seperti orang gila. 

Akhirnya berita tingkah Abu Nawas yang aneh itu didengar oleh Raja Harun Al-Rasyid. Setelah mengadakan sidang, Raja Harun AI-Rasyid memutuskan untuk tidak melantik Abu Nawas menjadi kadi. Jabatan hadi diserahkan kepada orang lain.

3. Setting

Setting atau latar adalah waktu, tempat, dan suasana yang melatarbelakangl terjadinya suatu cerita. Latar tempat dalam cerita teater nontradisional bukan hanya berkisah di kerajaan, namun juga di masyarakat. Cerita dalam Hikayat 1001 Malam dan Abu Nawas bertempat di suatu keraj aan. Namun, cerita Nyai Dasima berkisah di dalam masyarakat. 

Perhatikan setting di dalam cerita berikut!

Pengawal : Perhatian perhatian Raja Harun Al Rasyid mengumumkan bahwa bagi siapa yang bisa memindahkan Masjid Agung ini ke istana akan diberi hadiah seribu dinar.

Abu Nawas : Aku bisa memindahkan Masjid Agung ini. (Maju. Kemudian menyinsingkan lengan baju. Kemudian membungkuk). Ayo. aku akan memindahkan Masjid Agung ini. Ayo, angka! may“ ini dan letakkan di atas punggungku. Aku akan memindahkan ke istana. 

Semua orang yang menonton terbengong-bengong. 

Pengawal : Hai, Abu Nawas! Kamu gila apa, sih! Bagaimana mungkin Masjid agung ini bisa kami angkat! 

Abu Nawas : Kalau kalian saja tidak bisa mengangkat Masjid Agung ini, bagaimana kita bisa memindahkannya? 

Pengawal : Kamu cerdik, Abu Nawas.
b. Tata artistik pertunjukan teater nontradisional daerah 

Tata artistik pertunjukan teater nontradisional meliputi dekorasi. tata busana, tata musik, tata rias, dan tata lampu. 

c. Dekorasi 
Teater Dardanella dan Komidi Stambul sudah menggunakan dekorasi yang modern. Karena teater ini mendapat pengaruh dari barat. Penataan panggung disesuaikan latar belakang cerita. Cerita Hikayat 1001 Malam berlatar belakang di kerajaan kota Baghdad (KonstantinOpel). Maka, dekorasi menggunakan ala padang pasir, dihiasi pohon kurma, dan binatang unta. Cerita Nyai Dasima berlatar belang di Betawi pada masa penjajahan Belanda. Maka, dekorasi panggung ala Betawi dengan hiasan gambar bangunan tua peninggalan bangsa Belanda. 

d. Tata busana 
Busana yang digunakan sesuai dengan cerita yang dipentaskan. Cerita Hikayat 1001 Malam, busana yang digunakan ala Timur Tengah. Celana besar dengan bagian bawah sempit. Wanita menggunakan kerudung pada bagian rambut. Pria menggunakan baju rompi untuk melengkai celananya. Demikian juga cerita Abunawas, baju yang digunakan ala Timur Tengah. Cerita Nyai Dasima berlatar belakang di Betawi pada masa penjajahan Belanda. Busana yang digunakan dalam cerita Nyai Dasima adalah: wanita menggunakan kebayak_ untuk pribumi, sedangkan gaun untuk Noni Belanda. Laki-laki mengenakan celana kulot dan baju hitam, model baju pencak silat untuk pribumi dan stelan jas kuno dengan topi khas Belanda tempo dulu untuk pemain yang berperan sebagai bangsa Belanda. 

e. Tata musik 
Musik yang digunakan dalam pertunjukan teater nontradisional biasanya irama padang pasir atau musik gambus untuk pementasan Hikayat 1001 Malam dan Abunawas, sedangkan musik keroncong atau musik yang bernuansa Betawi untuk pementasan Nyai Dasima. Cerita-cerita yang diambil dari film, musiknya pun disesuaikan dengan film tersebut. Musik teater nontradisional menggunakan alat musik yang modern, seperti gitar, piano, atau drum. Bahkan, alat-alat musik yang lainnya, yang mendukung suasana, juga menggunakan peralatan yang modern. 

f. Tata Rias 
Tata rias, selain memperhatikan tempat kejadian dalam cerita tersebut, juga harus memperhatikan watak tokoh-tokoh yang diperankan. Tokoh Abunawas menggunakan tata rias yang berbeda dengan Perdana Menteri, sekalipun kedua cerita itu berlatar belakang sama, yaitu di Timur Tengah. Namun, sifat Abunawas dengan Perdana Menteri berbeda. Tata rias juga harus memperhatikan jenis kelamin, seperti tata rias Abunawas berbeda dengan tata rias Syhrazad, karena keduanya memiliki jenis kelamin yang berbeda. Usia tokoh juga harus mendapat perhatian dari penata rias. 

g. Tata lampu 
Tata lampu dalam pertunjukan teater nontradisional digunakan untuk mendukung situasi dalam cerita. Tata lampu akan lebih tepat digunakan pada ruang tertutup atau pada malam hari. Karena lampu akan lebih jelas pada tempat yang lebih gelap. Maka, pertunjukan teater Dardanella dan Komidi Stambul sering diadakan di dalam gedung atau pada malam hari.

C. Pesan Moral dalam Teater Non-Tradisional

Moral berhubungan nilai yang diakui oleh masyarakat di'daerah tempat masyarakat tersebut. Ada nilai moral yang tinggi dan ada nilai moral yang tinggi. Dalam pementasan teater nontradisional juga ada yang memuliki nilai moral tinggi dan ada juga yang memiliki nilai moral rendah. Nilai moral berhubungan dengan tinggi rendahnya moral manusia. Di bawah ini beber apa cerita yang memiliki nilai moral tinggi, yang sering dipentaskan Sandiwara Dardanella atau Komidi Stambul!

1. Hikayat 1001 Malam

Nilal moral yang tinggi dalam cerita Hikayat 1001 Malam dapat dilihat dan lifat Syahrazad yang patuh pada orang tuanya. Ia tidak takut, meskipun sudah tahu bahaya yang mengancam jika ia menikah dengan rajanya. Syahrazad juga memiliki sifat bijaksana. Ia tidak langsung menyadarkan rajanya yang berbuat lalim, tetapi melalui cerita ia menyadarkan rajanya. Sifat Syahrazad adalah contoh nilai moral yang tinggi.

Perhatikan penggalan cerita Hikayat 1001 Malam berikut! 

Syahmad : Ayah! Saya lihat sejak tadi ayah mondar-mandir terus. Sepertinya ada masalah berat yang sedang ayah pikir.

Perdana Menteri : (Duduk. Lalu minum teh yang dihidangkan anaknya. Pouse. Berdiri menuju depan). Ayah bingung. Syahrazad! 

Syahrazad : Kalau boleh tahu, masalah apa yang membuat ayah bingung. ? Mungkin ananda bisa membantu.

Perdana Menteri :Ayah harus mencari gadis yang akan dinikahi raja. Padahal. gadis-gadis di kerajaan Kencanapura ini sudah tidak ada lagi. Mereka dibunuh. Mereka menjadi istri hanya semalam. Karena paginya sudah meninggal. dibunuh raja. 

Syahrazad : Bukankah masih ada saya, ayah! 

Perdana menteri : Ayah tidak mau kamu menjadi korban karena dendam raja yang telah dikhianati istrinya dulu. 

Syahrazad : Ayah tidak perlu khawatir. Mudah-mudahan saya bisa mengatasinya!

2. Cerita Abu Nawas

Abu Nawas adalah sosok manusia yang menjunjung kearifan _dan kebijaksanaan. Ia memiliki kecerdikan di dalam mengatasi masalah, sekalipun masalah itu berat dan tidak masuk akal. Bagi orang awam, apabila ada masalah yang tidak masuk akal pasti langsung menentangnya. Namun. bagi Ab“ Nawas masalah itu harus dihadapi dengan kecerdikannya. Perhatikan salah satu contoh berikut, bagaimana Abu Nawas menyikapi masalah yang tidak masuk akal! 

Pengawal : Perhatian perhatian Raja Harun Al-Rasyid mengumumkan bahwa bagi siapa yang bisa memindahkan MasjidAgung ini ke istana akan diberi hadiah seribu dinar. 

Abu Nawas : Aku bisa memindahkan Masjid Agung ini. (Maju. Kemudian menyinsingkan lengan baju. Kemudian membungkuk). Ayo, aku akan memindahkan Masjid Agung ini. Ayo, angkat masjid ini dan letakkan di atas punggungku. Aku akan memindahkan ke istana. 

Semua orang yang menonton terbengong-bengong. 

Pengawal : Hai, Abu NawasLKamu gila apa, sih! Bagaimana mungkin Masjid Agung ini bisa kami angkat!

Abu Nawas : Kalau kalian saja tidak bisa mengangkat Masjid Agung ini, bagaimana kita bisa memindahkannya ?