Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menilai karya seni rupa terapan

Menilai karya seni rupa terapan 

Menilai karya seni rupa terapan - Dalam menilai sebuah karya seni kriya harus dibutuhkan proses pemahaman apresiasi seni rupa secara utuh, yaitu dengan pengamatan, penghayatan terhadap karya dan pengalaman berkarya seni sehingga bisa menimbulkan rasa haru, sikap simpatik, dan empati yang akhirnya berkemampuan untuk menikmati, menilai dan menghargai suatu seni.

a. Setiap karya seni rupa memiliki bobot yang berbeda satu sama yang lainnya. Bobot atau nilai sebuah karya seni rupa sangat ditentukan dengan pembuat karya seni atau seniman dalam penggarapannya yang terkandung di dalamnya, yaitu :

  • Konsepsi atau gagasan.
  • Corak.
  • Kreasi atau kreativitas di dalam penciptaan karya seni.
  • Keunikan, yaitu bagaimana cara menentukan bentuk dan mengatur komposisi dari unsur seni.
  • Teknik ialah cara yang harus dilakukan dalam membuat suatu karya, sering juga disebut teknik pribadi.

Selain perupa atau seniman sebagai penentu utama, karya seni rupa juga tidak lepas dari media (alat dan bahan) yang diperlukan dalam membuat karya seni rupa. Media dengan sifatnya bisa membuat sebuah karya seni memiliki nilai tersendiri. Misalnya karya seni kriya yang dibuat dengan bahan berkualitas tinggi, hasilnya akan lebih bagus dan sempurna dibandingkan dengan memakai bahan berkualitas rendah atau jelek.

seni rupa

b. Kriteria menilai karya seni rupa terapan. Seni kriya merupakan bagian dari seni rupa. Di dalam penilaian atau memilih karya seni yang berbobot tinggi atau yang baik diperlukan apresiasi seni rupa imajinasi yang bagus.

Di sini perlu disampaikan hal-hal sebagai berikut :
  • Fungsi seni.
  • Prinsip seni atau asas seni.
  • Komposisi atau unsur seni.

1. Prinsip seni atau asas seni meliputi dua hal sebagai berikut.

a. Komposisi atau susunan.

Dalam pembuatan karya seni rupa baik yang berwujud dua dimensi atau tiga dimensi, atau di dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari komposisi. Komposisi ialah susunan. Hasil karya seni rupa yang bagus dan baik atau indah antara lain sudah bisa ditentukan oleh pengatur atau penyusunan unsur-unsur seni rupa dalam satu kesatuan.

Adapun unsur-unsur yang pokok ialah garis, arah, bentuk, ukuran, warna, gelap terang, tekstur, serta unsur titik atau noktah. Bila seseorang menyusun unsur-unsur seni rupa tersebut, berarti dia telah menciptakan bentuk atau desain.

Kita harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip organisasi unsur atau prinsip desain yang telah meliputi sebagai berikut ini :

  • Kesatuan.
  • Irama.
  • Kontras.
  • Selaras atau serasi.
  • Keseimbangan.

2. Unsur-unsur seni rupa.

Unsur-unsur seni rupa yang pokok antara lain meliputi garis, arah, bangun, ukuran, gelap terang, warna, tekstur, dan titik.

a. Garis.
Garis adalah unsur yang sederhana dan mudah untuk dipakai sebagai alat ekspresi dan merupakan unsur yang paling kuno dipakai dalam seni. Garis-garis dapat berkesan sangat emosional dan kadang-kadang beku. Kesan dan watak garis tipis lembut akan berbeda dengan garis tebal.

b. Arah.
Unsur arah bisa dirunjukkan dengan lurus, belok, horizontal, vertikal, condong, dan lain sebagainya. Arah condong belok-belok berkesan dinamis, gerak vertikal dan horizontal lebih berwatak stabil dibandingkan dengan arah condong.

c. Bangun atau bentuk keseluruhan.
Bentuk bisa dijadikan area atau bidang atau pola contohnya lingkaran, segitiga, segi banyak, dan benjolan.

d. Ukuran.
Kita mengenal berbagai ukuran misalnya besar kecil, panjang pendek, lebar sempit. Ukuran tersebut bisa mewujudkan kesan pada penghayatannya sendiri-sendiri.

e. Tekstur
Tekstur ialah nilai raba dari suatu permukaan (permukaan yang kasar dan halus). Tekstur ada dua macam yaitu : Tekstur nyata, dan tekstur semu.

f. Gelap terang.
Gelap terang dapat berasal dari warna dan juga bisa dari cahaya. Contoh warna putih, abu-abu, lalu hitam pekat. Cahaya yang jauh pada suatu benda memberikan kesan gelap terang.

g. Warna.
Warna merupakan unsur yang banyak dipakai dalam penerapan karya seni rupa. Menurut teori warna Goethe (Jerman), warna dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Warna primer (pokok), yaitu merah, kuning, dan biru.
2. Warna sekunder (campuran dari warna-warna primer) antara lain :
  • Orange, campuran dari warna merah dengan kuning.
  • Violet (ungu), campuran dari warna biru dengan merah.
  • Hijau, campuran dari warna kuning dengan biru.

3. Warna tersier (campuran warna-warna primer dan sekunder) contoh warna krem, coklat, abu-abu, dongker, hijau muda, biru langit, pink (merah muda), dan lain-lain.

Warna yang berlawanan atau berhadapan disebut warna komplimen :
  • Biru >< Orange.
  • Merah >< Hijau.
  • Kuning >< Violet.

Kesan warna-warna ini adalah kontras. Pengguna warna bisa dikelompokkan menjadi tiga golongan sebagai berikut :

1. Warna Murni.
Warna murni dipakai dengan bebas, warna sebagai warna, tidak terikat oleh alam, dan tidak diartikan, misalnya pada karya-karya seni modern.

2. Warna Heraldis.
Warna heraldis dipakai dalam pembuatan lambang atau simbul yang memiliki arti tertentu, misalnya merah berani, putih berarti suci, biru berarti damai, hitam berarti abadi, dan kuning berarti jaya.

3. Warna Harmonis.
Warna harmonis dipakai atau diterapkan secara naturalis (seperti yang terlihat pada alam) atau sesuai penglihatan kita, misalnya dalam melukis laut biru, daun hijau, tanah coklat, gunung biru, rambut hitam, dan lain-lain.

b. Fungsi Seni.

Setiap jenis karya seni rupa atau kerajinan tangan mempunyai fungsi tertentu yaitu :
  • Fungsi primer atau fungsi pribadi.
  • Fungsi sekunder atau fungsi sosial.
  • Fungsi fisik atau fungsi pakai.

c. Komponen (unsur seni).
Unsur seni terdiri dari :
  • Subjek.
  • Bentuk.
  • Isi.

Post a Comment for "Menilai karya seni rupa terapan"