Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teori Persia waktu penyebaran agama Islam

Teori Persia waktu penyebaran agama Islam  - Selamat datang teman-teman kali ini saya akan membahas tentang sejarah Teori Persia yaitu terjadinya masuknya Islam ke Indonesia. Teori ini memaparkan bahwa masuknya Islam ke Indonesia dibawa oleh pedagang dari negeri Persia (Iran) pada abad ke-13 M. Hal ini terbukti dari kesamaan budaya Islam Indonesia dengan Islam yang ada di Persia.

a. Peringatan meninggalnya Husein bin Ali (cucu Nabi Muhammad) yang bertepatan dengan tanggal 10 Muharam. Bagi umat Islam Syiah (Islam Iran) hal ini sangat penting dan disakralkan. Di Indonesia khususnya di Jawa Tengah, dilakukan pembuatan bubur Syuro. Di Sumatera Barat, upacara tersebut dinamakan upacara Tabuik.

b. Di Indonesia dan Iran sama-sama banyak tokoh Wihdatul Wujud. Di Iran terdapat tokoh Wihdatul yang bernama Hallaj, sedangkan di Indonesia terdapat tokoh Wihdatul Wujud yang bernama Syeikh Siti Jenar.

c. Dalam sistem mengeja huruf Arab di Indonesia, untuk tanda-tanda bunyi dan harakat menggunakan istilah-istilah dalam bahasa Iran.

d. Ditemukannya makam ulama dari Iran di Indonesia, seperti Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) di Gresik tahun 1419 M. Sunan Gresik merupakan salah satu anggota Walisanga.

e. Adanya perkampungan bangsa keturunan Iran atau perkampungan Leran di Giri (Gresik).

Walisongo penyebar agama Islam di Jawa
Teori ini didukung oleh beberapa ahli. Pendukungnya adalah Umar Amir Husein dan PA Husein Jayadiningrat. Namun memiliki kelemahan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan dengan menggabungkan teori-teori tersebut menjadi satu.

Berarti Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M, melalui jalan damai dan disebarkan oleh pedagang Gujarat, pedagang Makkah, maupun pedagang Persia. Masuknya agama Islam ini mengalami perkembangan pesat pada abad ke-13 M.

Ada perkembangan baru mengenai kapan Islam masuk ke Indonesia. Menurut perkembangan baru tersebut, Islam mulai masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M melalui Kerajaan Sriwijaya. Hal ini dikemukakan oleh Azyumardi Azra. Dia mengatakan bahwa di Damaskus, Syiria yang merupakan pusat pemerintahan Islam dunia saat itu, yaitu Dinasti Ummayah ditemukan dua pucuk surat dari Raja Sri Indravarman kepada pemimpin (khalifah) umat Islam. Kedua surat tersebut ditemukan di kantor kearsipan Syiria.

Surat pertama ditujukan kepada khalifah saat itu, yaitu Muawiyah bin Abu Sofyan (sahabat nabi). Namun isi surat ini kurang begitu jelas, tahunnya juga tidak diterangkan. Isi surat Raja Sri Indravarman sebagai berikut. ''Dari raja Al Hindu (raja Hindu) yang kandang binatangnya berisikan seribu gajah, dan yang istananya terbuat dari emas dan perak, yang dilayani putri raja-raja, dan yang memiliki dua sungai besar yang mengaliri pohon Gahar, kepada Muawiyah, pemimpin orang-orang Islam''.

Menyusul kemudian adalah surat kedua yang dikirim ke Dinasti Ummayah pada tahun 718 M yang ditujukan kepada khalifah waktu itu, yaitu Umar bin Abdul Aziz (cucu Khalifah Umar bin Khattab). Isi surat tersebut berisikan permintaan raja Sriwijaya untuk dikirimkan seseorang yang mampu mengajarkan Islam di Kerajaan Sriwijaya. Berikut isi surat tersebut :

''Dari Raja Diraja, yang adalah keturunan seribu raja, yang istrinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon Gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala, dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada pemimpin orang-orang Islam (Umar bin Abdul Aziz) yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain selain Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah yang tidak begitu banyak, tetapi sekadar tanda persahabatan. Saya ingin anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukum.''

Dua tahun kemudian tepatnya tahun 720 M Raja Sri Indravarman masuk Islam. Kerajaan Sriwijaya diubah namanya menjadi Sribuza Islam. Saat itu agama Islam mulai menyebar di Indonesia. Proses Islamisasi di Indonesia tidak terlepas dari peran para pedagang, para ulama atau ahli agama Islam, para sultan di kesultanan Islam, para adipati, maupun para bangsawan yang beragama Islam. Penyebaran Islam di Jawa sangat dipengaruhi oleh beberapa ulama terkenal yang bernama Walisanga.

Dinamakan Walisanga karena beranggotakan sembilan ulama. Kesembilan Walisanga, yaitu :

1. Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) nama lainnya adalah Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa Timur.
2. Raden Rahmat (Sunan Ampel) menyebarkan Islam di Ampel Surabaya.
3. Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang) merupakan putra Sunan Ampel menyebarkan Islam di Tuban.
4. Syarifuddin (Sunan Drajat) merupakan putra Sunan dan adik Sunan Bonang menyebarkan Islam di daerah Gresik atau Sedayu.
5. Raden Paku (Sunan Giri) menyebarkan Islam di Bukit Giri Gresik.
6. Jafar Shadik (Sunan Kudus) menyebarkan Islam di Kudus.
7. Raden Said (Sunan Kalijaga) menyebarkan Islam di daerah Demak.
8. Umar Syahid (Sunan Muria) merupakan putra Sunan Kalijaga menyebarkan Islam di daerah Gunung Muria.
9. Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) menyebarkan Islam di Cirebon.

Ajaran agama Islam yang diajarkan para Walisanga ini begitu cepat diterima masyarakat. Hal ini dikarenakan dalam penyebarannya disesuaikan dengan budaya yang sebelumnya telah ada. Oleh karena itu, perkembangan Islam di Jawa waktu itu sangatlah pesat.
Masyarakat Jawa pada umumnya sangat menghormati dan meneladani tindakan yang dilakukan oleh Walisanga. Sampai saat ini, ajaran Walisanga masih banyak diamalkan oleh masyarakat Indonesia, khususnya rakyat Jawa.

Post a Comment for "Teori Persia waktu penyebaran agama Islam "