Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pertempuran di Sulawesi Selatan dan Agresi Militer I Belanda

Pertempuran di Sulawesi Selatan dan Agresi Militer I Belanda

Pertempuran di Sulawesi Selatan.

Pada tanggal 11 Desember 1946, di berbagai wilayah Sulawesi Selatan, seperti Polongbangkeng, Pare-Pare, dan Luwu terjadi pertempuran sengit melawan Belanda. Di antara para pejuang yang bertempur salah satunya ialah Emmy Saelan.

Pada tanggal 24 Desember 1946 dilaksanakanlah Konferensi Denpasar untuk membentuk Negara Indonesia Timur (NTT). Menjelang pelaksanaan konferensi tersebut, maka pada tanggal 11 Desember 1946 Belanda menyatakan Sulawesi dalam keadaan perang dan hukum militer.

Raymond Westerling kemudian mengadakan pembersihan hingga terjadilah pembantaian terhadap sekitar 40.000 rakyat di Sulawesi Selatan. Pada saat pertempuran makin sengit, Andi Matalata dan Robert Wolter Monginsidi memutuskan pulang dari Jawa untuk ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan di Sulawesi Selatan

Pertempuran di Sulawesi Selatan dan Agresi Militer I Belanda

Agresi Militer I Belanda.

Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melanggar isi perjanjian Linggarjati dengan melancarkan serangan secara tiba-tiba terhadap wilayah RI. Serangan yang kemudian dikenal dengan peristiwa Agresi Militer I tersebut diarahkan ke kota-kota besar di Jawa dan daerah perkebunan serta minyak di daerah Sumatera.

Agresi Belanda pertama ini berlangsung hingga tanggal 4 Agustus 1947. Dalam menghadapi agresi ini, TNI menggunakan taktik perang gerilya serta membatasi gerakan Belanda hanya pada kota-kota besar dan jalan raya untuk mempersempit ruang gerak para pejuang Indonesia.

Agresi Belanda ini memang mengakibatkan wilayah RI makin sempit, tetapi bangsa Indonesia juga mendapatkan keuntungan karena reaksi dunia internasional bermunculan terhadap agresi yang dilancarkan Belanda tersebut kepada negara Indonesia. 

Baca juga selanjutnya di bawah ini :

Post a Comment for "Pertempuran di Sulawesi Selatan dan Agresi Militer I Belanda"