Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bentuk perlawanan pergerakan Indonesia pada Jepang.

Bentuk perlawanan pergerakan Indonesia pada Jepang.

1. Perlawanan Bersenjata terhadap Jepang.

Kekejaman tentara pendudukan Jepang mendorong terjadinya berbagai perlawanan bersenjata. Perlawanan-perlawanan yang dimaksud antara lain, sebagai berikut :

a. Pemberontakan rakyat Biak di Irian Barat pada tahun 1943.
b. Perlawanan di daerah Aceh seperti di Cot Plieng pada tahun 1942, yang baru mereda pada tahun 1944.
c. Perlawanan rakyat di Pontianak pada tahun 1944 yang menimbulkan korban pembunuhan besar-besaran.
d. Pemberontakan Singaparna di Tasikmalaya pada bulan Februari 1944 yang dipimpin oleh K.H. Zainal Mustofa.
e. Pemberontakan Indramayu pada bulan April 1944.
f. Perlawanan yang dilancarkan oleh prajurit PETA, antara lain sebagai berikut,
1. Perlawanan PETA di Blitar yang dipimpin oleh Supriyadi, pada tanggal 14 Februari 1945.
2. Perlawanan PETA di Gumilir, Cilacap dipimpin oleh Khusaer.
3. Perlawanan pasukan Giyugun (semacam prajurit PETA) di Aceh yang dipimpin oleh Teuku Hamid.

Bentuk perlawanan pergerakan Indonesia pada Jepang.

2. Pergerakan Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang.

Pada masa pendudukan Jepang semua organisasi pergerakan yang ada sejak zaman kolonial Belanda dibubarkan. Tokoh-tokoh pergerakan Indonesia selalu berada dalam pengawasan Jepang. Dalam kondisi demikian tokoh-tokoh pergerakan Indonesia tidak kehilangan semangat. Mereka tetap berjuang untuk mewujudkan Indonesia merdeka. Adapun cara-cara perjuangan yang ditempuh oleh para pemimpin bangsa Indonesia adalah sebagai berikut.

a. Perjuangan Terbuka Melalui Organisasi Jepang.

Menghadapi kekejaman tentara pendudukan Jepang, tokoh-tokoh nasionalis seperti Sukarno dan Hatta, menempuh cara kooperatif. Mereka bersedia masuk dalam berbagai organisasi bentukan Jepang dengan harapan dapat memanfaatkannya sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan rakyat demi menyiapkan mental mereka menuju kemerdekaan. Mereka berusaha memanfaatkan sarana yang disediakan oleh Jepang untuk mengorbankan semangat nasional.

1. Gerakan 3A.
Gerakan 3A didirikan pada bulan April 1942. Gerakan 3A memiliki semboyan Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Gerakan tersebut bertujuan menanamkan semangat untuk membela Jepang. Jepang menunjuk Mr. Syamsudin sebagai pemimpin Gerakan 3A. Ia merupakan seorang nasionalis yang kurang dikenal.  

Pada bulan Juli 1942 dibentuk suatu sub seksi Islam dengan Persiapan Persatuan Umat Islam dalam Gerakan 3A. Sebagai ketuanya ialah Abikusno Cokrosuyoso. Akan tetapi, ternyata Gerakan 3A tidak mendapat sambutan rakyat. Secara umum, Gerakan 3A ini juga dianggap kurang berguna dan gagal mencapai tujuan-tujuannya. Gerakan 3A akhirnya dibubarkan. Sebagai gantinya, dibentuklah organisasi Putera.

2. Putera.
Pada tanggal 9 Maret 1943 dibentuk organisasi baru untuk menggantikan Gerakan 3A bernama Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Tugas Putera adalah menggerakkan tenaga dan kekuatan rakyat untuk memberi bantuan kepada usaha-usaha mencapai kemenangan akhir dalam Perang Asia Timur Raya. 

Jepang menunjuk Empat Serangkai yang terdiri atas Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mansyur untuk memimpin Putera. Putera dibentuk sebenarnya untuk kepentingan Jepang, namun oleh para tokoh Putera kesempatan ini digunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan perjuangan menuju Indonesia merdeka. Pembentukan Putera itu sendiri memang atas usul Ir. Sukarno.

3. Memanfaatkan Cuo Sangi-in (Badan Penasehat Pusat).
Cuo Sangi-in (Badan Penasehat Pusat) dibentuk pada tanggal 5 Desember 1943, dengan ketuanya Ir. Sukarno. Ia didampingi oleh R.M. Kusumoutoyo dan dr. Buntaran Martaatmaja sebagai Fuku Gico (wakil ketua). Badan ini beranggotakan 43 orang, serta bertugas memberi nasehat dan mengajukan usul-usul kepada Seiko Sikika (penguasa tertinggi militer Jepang di Indonesia). Akan tetapi oleh para tokoh nasionalis, badan ini dipergunakan untuk menggerakkan masa dan melatih disiplin mereka agar taat pada pimpinan.

4. Pemanfaatan Barisan Pelopor (Suisyintai).
Barisan Pelopor merupakan organisasi pemuda pertama pada zaman Jepang yang didominasi oleh kaum nasionalis. Barisan Pelopor juga dimanfaatkan sebagai media untuk memperkokoh semangat nasionalisme Indonesia menuju ke arah cita-cita kemerdekaan.

Perjuangan bawah tanah dilakukan secara tertutup atau rahasia. Perjuangan semacam itu pada umumnya dilakukan oleh para pemimpin bangsa kita yang mau tidak mau harus bekerja di instansi-instansi pemerintah Jepang. Jadi, kelihatannya mereka sebagai pegawai di instansi pemerintahan Jepang.

Di Jakarta terdapat beberapa kelompok yang melakukan perjuangan bawah tanah. Antara kelompok perjuangan itu selalu terjalin komunikasi. Kelompok-kelompok yang dimaksud antara lain kelompok Syahrir, kelompok Ahmad Subarjo, kelompok Sukarni, kelompok Pemuda, kelompok Amir Syarifuddin, dan golongan Persatuan Mahasiswa. 

Baca juga selanjutnya di bawah ini :

Post a Comment for "Bentuk perlawanan pergerakan Indonesia pada Jepang."