Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sarekat Islam berdiri tahun 1991 di Solo

Sarekat Islam berdiri tahun 1991 di Solo 

Berbeda dengan Budi Utomo, Sarekat Islam memiliki corak agama, walaupun dalam perkembangannya sebagian cenderung menekankan aspek kebangsaannya. Dibandingkan dengan Budi Utomo yang mengarah pada intelektual bahwa sejak semula Sarekat Islam diarahkan pada rakyat jelata.

Pada mulanya Sarekat Islam yang kita bahas ini adalah sebuah perkumpulan yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan pada tahun 1911 di kota Solo oleh H. Samanudin. Garis yang diambil SDI adalah koperasi dengan tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam, agama yang terbesar dalam masyarakat Indonesia.


Latar belakang ekonomis perkumpulan ini adalah :

a. Perlawanan terhadap dagang antara (penyalur) oleh Cina;
b. Isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukan kekuatannya;
c. Membuat fron melawan semua penghinaan terhadap rakyat Bumiputra.

Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan anggaran dasarnya adalah mengembangkan jiwa berdagang, memberi bantuan kepada para anggotanya yang mengalami kesukaran, memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat Bumiputra, menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam, tidak bergerak dalam bidang politik, menggalang persatuan umat Islam hingga saling tolong-menolong.

Memahami pengalaman yang terjadi pada Budi Utomo di mana ketertutupan organisasi menjadi salah satu kendala dalam rangka merentangkan sayapnya dalam menjangkau keanggotaan yang lebih luas (menjadi partai massa), maka nama SDI diganti menjadi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1912.

Perubahan ini tentu tidak lepas dari luasnya wawasan H.O.S Cokroaminoto sebagai motor penggerak SI, membangkitkan khayalan massa rakyat yang mungkin sebagai Prabu Heru Tjokro, Ratu Adil tradisional yang sudah lama dinanti-nantikan.

Adanya perubahan nama dari SDI menjadi SI menjadikan organisasi ini bersifat lebih terbuka, karena yang sebelumnya keanggotaannya terdiri dari para pedagang yang beragam Islam, maka dengan perubahan ini tidak terbatas pada para pedagang Islam akan tetapi bagi setiap umat Islam.

Agama Islam menjadi motivasi yang sangat kuat untuk menjadikan organisasi ini berkembang dengan pesat. Di samping itu ada beberapa hal khususnya yang menyebabkan SI berkembang dengan pesat yaitu :

a. Perdagangan bangsa Tionghoa adalah suatu halangan bagi perdagangan Indonesia (monopoli bahan-bahan batik) ditambah pula dengan tingkah laku sombong bangsa Tionghoa sesudah Revolusi Tiongkok.

b. Kemajuan gerak langkah penyebaran agama Kristen dan juga ucapan-ucapan yang menghina dalam Parlemen negeri Belanda tentang tipisnya kepercayaan agama bangsa Indonesia.

c. Cara adat lama yang terus dipakai di daerah kerajaan-kerajaan Jawa, maka makin lama makin dirasakan sebagai penghinaan.

Kecepatan tumbuhnya SI bagaikan meteor dan meluas secara horizontal, sehingga SI merupakan organisasi massa pertama di Indonesia yang antara tahun 1917 sampai dengan 1920 sangat terasa pengaruhnya didalam politik Indonesia.Pertumbuhan SI yang fenomenal itu dapat dilihat dengan jelas pada jumlah dan perkembangan keanggotaan dari SI.

Jumlah Sarekat Islam di Jawa tahun 1912-1914 adalah :
April 1912                4.500  orang
Desember 1912      93.000 orang
April 1913             150.000 orang
April 1914             366.000 orang

Jumlah anggota Serekat Islam di Jawa tahun 1915-1918 adalah :
April 1915            319.251 orang
Juni 1916              273.377 orang
Oktober 1917       268.355 orang
Oktober 1918       389.410 orang

Pada saat kongres Sarekat Islam ke tiga di Bandung 17 sampai dengan 24 Juni 1916, yang kemudian dinamakan Kongres Nasional yang diikuti oleh 80 cabang Sarekat Islam daerah mengirimkan utusan mewakili jumlah anggota lebih kurang 360.000 orang, jumlah semua anggota pada saat itu adalah lebih kurang 800.000 orang (A.K. Pringgodigdo, 1980:6).

Mengamati perkembangan keanggotaan itu pantaslah pemerintah kolonial Belanda sangat khawatir terhadap keberadaan Sarekat Islam tersebut. Dalam rangka memantapkan keberadaan Sarekat Islam maka para pemimpin Sarekat Islam berusaha memperjuangkan badan hukum. Karena itu, pada tanggal 29 Maret 1913 pucuk kepemimpinan Sarekat Islam mengadakan audensi dengan pemerintah kolonial Belanda yang pada waktu itu di bawah Gubernur Jenderal Idenburg. 

Kedatangan para pemimpin Sarekat Islam kepada Indenburg tidak lain untuk mengetahui secara pasti sikap pemerintah kolonial Belanda terhadap permintaan H.O.S Tjokroaminoto pada tanggal 14 September 1912 yang berkaitan dengan pengesahan Anggaran Dasar Sarekat Islam oleh pemerintah Belanda.

Dalam audensi pada tanggal 29 Maret 1913 itulah para pemimpin Sarekat Islam mendapatkan jawaban dari Idenburg bahwa Sarekat Islam tidak diberikan badan hukum. Ironisnya yang mendapat pengakuan pemerintah kolonial Belanda justru cabang-cabang Sarekat Islam yang ada di daerah.

Tindakan pemberian pengakuan terhadap Sarekat Islam daerah ini suatu taktik pemerintah kolonial Belanda dalam memecah belah persatuan Sarekat Islam yang sebenarnya tidak lain dari devide et impera dalam bidang politik.

Ternyata pemerintah kolonial Belanda tidak hanya mengadakan politik pecah belah dalam rangka mencari sekutu dalam suatu pertemuan, tidak hanya melakukan diskriminasi dalam bidang sosial-ekonomi, tetapi juga dalam bidang politik.

Walaupun pemerintah kolonial Belanda melakukan tindakan pecah belah, para pemimpin Sarekat Islam juga mampu mengantisipasi tindakan Belanda. Hal ini terlihat dari usaha yang dilakukan para tokoh Sarekat Islam dalam rangka tetap menjaga kekompakan dan komunikasi di antara cabang-cabang Sarekat Islam daerah.

Oleh karena itu pada tahun 1915 di Surabaya didirikan Central Sarekat Islam (CSI). Maksud didirikannya perkumpulan ini yang pada tahun 1916 mendapat badan hukum adalah :

a. Memajukan kepentingan rakyat Bumiputra dalam hal mengusahakan tanahnya, perniagaan dan kerajinan, kesehatan tubuh, pendidikan dan perbaikan pengajaran di sekolah guna mencapai cita-cita;

b. Menghilangkan segala faham yang salah tentang agama Islam dan menyempurnakan kehidupan rakyat Bumiputra Islam dalam hal memenuhi kewajibannya sebagai orang yang beragam dan ber-Tuhan;

c. Mempersatukan anggota-anggota dengan ikatan yang teguh, dan membangun hati mereka supaya saling tolong-menolong dalam hal kesusahan (DMG KOCH, 1951:34-35).

Upaya koordinasi yang baik ini ternyata tidak dapat berjalan mulus. Bayangan perpecahan segera menghantui keutuhan Sarekat Islam. sejak kongres Serekat Islam yang pertama berlangsung tanggal 29 September-6 Oktober 1918 di Surabaya telah terlihat bayangan perpecahan itu.

Pandangan yang berbeda antara H.O.S Tjokroaminoto dengan Semaun mengenai kapitalisme merupakan awal dari bencana perpecahan. Hal ini tidak terlepas dari latar belakang pandangan politik masing-masing tokoh itu. Semaun yang memiliki pandangan sosialis tentu tidak sependapat jika ada kapitalisme tidak haram, sebab di mata faham sosialis seperti dianut Semaun sama kapitalisme adalah haram. 

Dalam kongres Sarekat Islam yang dilaksanakan tahun 1921 di mana ditetapkan adanya disiplin partai sehingga tidak memungkinkan anggota Sarekat Islam menjadi anggota perkumpulan lain yang berarti anggota rangkap, maka anggota Sarekat Islam merah memilih ikut dalam Partai Komunis Indonesia (M.C. RICKLEFS, 1982:166).

Perpecahan itu juga terjadi di samping karena disiplin partai juga terdapat tiga aliran yaitu bersifat Islam fanatik, bersikap menentang keras dan yang ketiga golongan yang hendak berusaha mencari kemajuan dengan berangsur-angsur dan dengan bantuan pemerintahan.

Sebagai bagian dari perjalanan Sarekat Islam dalam kiprahnya dalam pergerakan nasional, ternyata perpecahan ini membawa disentegrasi dalam hal mempersatukan kekuatan-kekuatan Islam dalam menentang penjajahan Belanda.

Post a Comment for "Sarekat Islam berdiri tahun 1991 di Solo"