Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perhimpunan Indonesia tahun 1908

Perhimpunan Indonesia tahun 1908 

Pada tahun 1908 di negeri Belanda didirikan oleh orang-orang Indonesia sebuah organisasi yang bernama Indische Vereniging yang dipelopori pada mulanya oleh Sultan Kasayangan dan Noto Subroto. Tujuan yang ingin dicapai dengan pendirian organisasi ini adalah untuk memajukan kepentingan-kepentingan bersama dari orang-orang yang berasal dari Indonesia, maksudnya orang-orang pribumi atau non pribumi bukan Eropa di negeri Belanda dan hubungannya dengan Indonesia.

Keberadaan Indische Vereniging di negeri Belanda pada tahun 1925 namanya diganti menjadi Perhimpunan Indonesia, merupakan ujung tombak komunikasi dengan bangsa-bangsa lain. Kedatangan tokoh-tokoh Indische Partij yang dieksternir pada tahun 1913 seperti Tjipto Mangunkusumo dan Soewardi Soeraningrat sangat menguntungkan perkembangan Perhimpunan Indonesia.

Perhimpunan Indonesia tahun 1908

Perasaan anti kolonialisme dan imperialisme semakin menonjol pada tokoh-tokoh Perhimpunan Indonesia, lebih-lebih lagi setelah ada seruan Presiden USA Woodrow Wilson yang terkenal dengan kebebasan dalam menentukan nasib sendiri pada negara-negara terjajah (The Right of Sel Ditermination).

Di dalam sejarah perjuangan Perhimpunan Indonesia, seorang bekas pemimpin Perhimpunan Indonesia yaitu Prof Soenarjo mengemukakan bahwa Perhimpunan Indonesia melewati kurun waktu.

Perhimpunan Indonesia :

1. Masa berkelompok demi cita-cita dan cara untuk mencapainya, walaupun tanda-tanda patriotisme terlihat (1908-1913).
2. Orientasi politik kearah Indonesia Merdeka lantaran pengaruh 3 orang pemimpin Indische Partij yang diasingkan dari tanah air (1913-1919).
3. Meningkatkan semangat nasionalisme yang mengarah keperubahan nama (1919-1923).
4. Perubahan dari organisasi mahasiswa menjadi organisasi politik.
5. Kemunduran organisasi dan pergeseran dari politik anti kolonial ke anti facis yang terjadi sejak tahun 1930 dan seterusnya (Akhira Nagasumi, 1986:134-135).

Keberadaan Perhimpunan Indonesia dalam sejarah pergerakan nasional memiliki arti penting mengingat organisasi ini membuka pintu keanggotaan untuk semua mahasiswa yang berasal dari Hindia Belanda. Jika dibandingkan dengan Budi Utomo (terutama ketika baru berdiri) organisasi Perhimpunan Indonesia lebih terbuka oleh karena keanggotaannya tidak hanya terbatas pada mahasiswa yang berasal dari Jawa.

Hal ini tercermin dalam Anggaran Dasarnya yang antara lain menyetakan perbaikan dan perbaikan dan peningkatan kerjasama antara orang Hindia Belanda dan memelihara hubungan dengan Hindia Belanda tidak berarti organisasi ini hanya sekedar organisasi persahabatan.

Hal ini terlihat dari garis perjuangannya yang berpegang pada kekuatan sendiri. Ini artinya pemerintah Belanda tidak seenaknya dapat mengatur, mengarahkan serta mendikte Perhimpunan Indonesia yang ada di negeri Belanda. Dalam kiprahnya dalam forum internasional, banyak kegiatan berupa pertemuan-pertemuan internasional diikuti oleh Perhimpunan Indonesia seperti ketika mengirimkan delegasi dalam Kongres Internasional.

Dalam upaya berkiprah lebih jauh, organisasi ini juga memiliki media komunikasi yang berupa majalah yang semula bernama India Putra. Majalah ini kemudian demi lebih memberikan nuansa perjuangan pada tahun 1922 diganti namanya menjadi Indonesia Merdeka.

Melalui media ini secara langsung sebenarnya dunia internasional dapat mengetahui aktivitas perjuangan para pemuda Indonesia yang ada diluar negeri dalam usaha memperjuangkan kemerdekaannya. Keikut sertaan dengan mengirimkan delegasi dapat forum internasional, dalam Kongres ke 6 Liga Demokrasi Internasional untuk Perdamaian pada tahun 1926 yang diadakan di Paris, delegasi Perhimpunan Indonesia dipimpin oleh Muhammad Hatta.

Dalam tuntutannya delegasi ini menginginkan kemerdekaan Indonesia. Aktivitas yang sama dilakukan pada tahun 1927 yaitu ketika dilaksanakan Kongres I Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial yang diadakan di Berlin, Perhimpunan Indonesia atas nama PPPKI (Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia) mengirimkan wakil-wakilnya yang terdiri dari Mohammad Hatta, Nasir Pamucak, Batot dan Achmad Subarjo.

Dalam Kongres tersebut terdapat suatu keputusan yang berkaitan dengan pergerakan kebangsaan Indonesia yaitu :
1. Menyatakan simpati yang sebesar-besarnya kepada Pergerakan Kemerdekaan Indonesia akan menyokong usaha tersebut dengan segala daya.
2. Menuntut dengan keras pada Pemerintah Belanda kebebasan bekerja untuk pergerakan rakyat Indonesia (Marwati Djoened dkk, 1984, jilid V: 197-198).

Dalam perjalanannya Perhimpunan Indonesia mengalami banyak tekanan dari pemerintah Belanda, lebih-lebih lagi setelah terjadinya pemberontakan oleh Partai Komunis Indonesia pada tahun 1926. Pengawasan dilakukan semakin ketat, namun demikian demi perjuangan pada tanggal 25 Desember 1926 Semaun bersama, Muhammad Hatta menandatangani suatu kesepakatan yang dikenal dengan ''Konvensi Hatta-Semaun''.

Dalam kesepakatan itu ditekankan pada upaya Perhimpunan Indonesia tetap pada garis perjuangan kebangsaan dan diharapkan Partai Komunis Indonesia dengan ormas-ormasnya tidak menghalangi Perhimpunan Indonesia dalam mewujudkan cita-citanya. 

Cita-cita Perhimpunan Indonesia tertuang dalam 4 pokok ideologi dengan memperhatikan masalah sosial, ekonomi dengan menempatkan kemerdekaan sebagai tujuan politik yang dikembangkan sejak tahun1925 dirumuskan sebagai berikut :

1. Kesatuan Nasional : mengesampingkan perbedaan-perbedaan sempit seperti yang berkaitan dengan kedaerahan, serta perlu dibentuk suatu kesatuan aksi untuk melawan Belanda untuk menciptakan negara kebangsaan Indonesia yang merdeka dan bersatu.

2. Solidaritas : terdapat perbedaan kepentingan yang sangat mendasar antara penjajah dengan yang dijajah (Belanda dengan Indonesia). Oleh karena itu haruslah mempertajam konflik antara orang kulit putih dan sawo matang tanpa melihat perbedaan antara orang Indonesia.

3. Non-Koperasi : harus disadari bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah, oleh karena itu hendaknya dilakukan perjuangan sendiri tanpa mengindahkan lembaga yang telah ada yang dibikin oleh Belanda seperti Dewan Perwakilan Kolonial (Volkraad).

4. Swadaya : perjuangan yang dilakukan haruslah mengandalkan kekuatan diri sendiri. Dengan demikian perlu dikembangkan struktur alternatif dalam masyarakat pribumi dan sejajar dengan administrasi colonial (Ingelso, 1983 :5). 

Dalam rangka merealisasikan keempat pikiran pokok berupa idielogi Perhimpunan Indonesia, dalam pernyataan mengenai prinsip-prinsip organisasi yang dikeluarkan tahun 1925, haruslah dilaksanakan dengan benar-benar atas dasar tanggung jawab terhadap rakyat yang berusaha untuk mencapai kemerdekaan dengan jalan aksi massa.

Baca juga selanjutnya di bawah ini :

Post a Comment for "Perhimpunan Indonesia tahun 1908"