Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

BAB 7 Islam di Andalusia (Spanyol)

BAB 7 Islam di Andalusia (Spanyol) - Sebelum Islam masuk ke Spanyol, sekitar abad ke-5 Masehi. bangan jerman mendatangi Semenanjung Iberia. Theodoric, Raja Ostogoth, mendirikan istananya di Toledo sekitar tahun 513 M. Kemudian, pada tahun 569 M., Leovigildo, seorang raja Visigoth, menjadikan Toledo sebagai ibukota Kerajaan Visigoth Spanyol. 

Sejak itulah, Toledo mengalami kejayaannya yang pertama. Pada tahun 689 M., Raja Recaredo menjadikan Katholik sebagai agama resmi di Spanyol. Pada awal abad ke-8 Masehi, para pendatang baru berdatangan ke daratan Eropa (Spanyol). Pendatang tersebut adalah bangsa Arab yang membawa agama Islam. 

BAB 7 Islam di Andalusia (Spanyol)

Sejak ekspansi Bani Umayah Spanyol pada tahun 711 M. yang dipimpin oleh Thariq bin Ziyad, Spanyol menjadi bagian wilayah kekuasaan Islam (Ira M. Lapidus, 1993: 3790). Umat Islam berkuasa di Spanyol hampir delapan abad, yaitu dari tahun 711-1492 M. 

Untuk mengetahui lebih lanjut, penulis berusaha untuk memahami proses penguasaan Islam atas Spanyol, kemajuan peradaban Islam di Spanyol, kemunduran dan kehancurannya, dan faktor-faktor yang mendukung terwujudnya tiga poin tersebut.

A. SEJARAH SINGKAT PENGUASAAN ISLAM ATAS SPANYOL

Sebelum menaklukkan Spanyol umat Islam terlebih dahulu menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari Dinasti Bani Umayah Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara terjadi pada zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M.). 

Afrika Utara dipimpin oleh seorang gubernur, yaitu Husna Ibn Nu'man, kemudian diganti oleh Musa bin Nusyair. Tampaknya, tujuan umat Islam menguasai Afrika Utara adalah membuka jalan untuk mengadakan ekspedisi lebih besar ke Spanyol karena dari Afrika Utara itulah, ekspedisi ke Spanyol lebih mudah dilakukan. 

Ekspansi umat Islam ke Spanyol terjadi masa Al-Walid menjabat khalifah (705-715 M.) (Syalabi, IV, 1979: 26). Al-Walid mengizinkan gubemumya untuk mengirimkan pasukan militer ke Spanyol. Pada awalnya, Musa bin Nusyair mengutus Tharif bin Malik untuk memimpin pasukan ekspedisi yang bertujuan menjajagi daerah-daerah sasaran. 

Musa bin Nusyair menugaskan Thariq bin Ziyad untuk memimpin pasukan tentara sebanyak 7.000 orang. Tentara tersebut sebagian besar terdiri atas orang Barbar. Pada tahun 711 M., Thariq berlayar melalui Laut Tengah menuju daratan Spanyol dan berhasil mendarat di sebuah bukit yang kemudian diberi nama Gibraltar (Jabal Thariq) (Ibn Al-Atsir, IV, 1965: 56). 

Ketika Roderick mengetahui bahwa Thariq dengan pasukannya telah memasuki negeri Spanyol, ia mengumpulkan pasukan penangkal sejumlah 25.000 tentara. Menyadari jumlah musuh yang jauh berbeda, Thariq meminta bantuan kepada Musa bin Nusyair, akhirnya Thariq mendapat tambahan pasukan sebanyak 12.000 tentara (Ibn Al-Atsir, IV, 1965: 56).

Pada hari Minggu tanggal 18 Juli 711 M., kedua pasukan bertemu di Danau Janda dekat mulut sungai Barbate. Pertemuan berlangsung selama 8 hari dan kemenangan berada di pihak Thariq. Tentara Thariq dalam pertempuran itu mendapat bantuan dari pasukan Roderick yang membelot, Thariq kemudian meneruskan penaklukan ke Toledo. 

Kemudian Archidona dan Granada dapat ditundukkan, dan satu detasemen yang dipimpin oleh Mughitr Ar-Rumi dapat menaklukkan kota Cordova yang kemudian dijadikan ibukota pemerintahan Islam (Hitti, 1970: 494). 

Kedatangan Islam sudah tentu membawa kultur baru yang memperkaya Spanyol pada umumnya. Oleh karena itu, akhirnya Spanyol (Andalusia) menjadi salah satu pusat peradaban dunia, mengimbangi kejayaan Dinasti Umayah di Damsyik (Damaskus) dan Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Tak salah apabila dikatakan Andalusia turut berperan merintis jalan menuju zaman Renaisans di Eropa. 

Setelah Spanyol dengan kota-kota pentingnya jatuh ke tangan umat Islam, sejak saat itu secara politik Spanyol berada di bawah kekuasaan khalifah Bani Umayah. Dan untuk memimpin wilayah baru tersebut, pemerintah pusat yang berpusat di Damaskus mengangkat seorang wali (gubernur) . 

Dalam melakukan ekspansi di Spanyol. umat islam dengan. mudah dapat meraih berbagai kemenangan sehingga dalam waktu yang relatif singkat. umat Islam dapat menguasai Spanyol. 

Ada beberapa faktor yang mendukung proses penguasaan umat Islam atas Spanyol :

Pertama, sikap penguasa Ghotic -sebutan lazim kerajaan Visighotieyang tidak toleran terhadap aliran agama yang berkembang saat itu. Penguasa Visighotie memaksakan aliran agamanya kepada masyarakat. Penganut agama Yahudi yang merupakan komunitas terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen, dan mereka yang tidak bersedia akan disiksa dan dibunuh (Syed Mahmudunnasir, 1981: 213). 

Dalam kondisi tertindas secara teologis, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas. Dan juru pembebas tersebut mereka temukan dari orangorang Islam. Demi kepentingan mempertahankan keyakinan, mereka bersekutu dengan tentara lslam melawan penguasa. 

Kedua, perselisihan antara Raja Roderick dengan Witiza (Walikota Toledo) di satu pihak dan Ratu Julian di pihak lain. Oppas dan Achila, kakek dan anak Witeza, menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick, bahkan berkoalisi dengan kaum muslimin di Afrika Utara. Demikian pula, Ratu Julian, ia bahkan memberikan pinjaman 4 buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Thariq, dan Musa (Ahmad Salabi III, 1965: 30).

ketiga, faktor lain yang tak kalah pentingnya_adalah bahwa tentara Roderick tidak mempunyai semangat perang (Ahmad Salabi, jilid III, 1965: 30).

B. KEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN

Masuknya Islam di Spanyol pada sekitar permulaan abad ke-8 M.. telah membuka cakrawala baru dalam sejarah Islam. Dalam remang waktu selama kurang lebih tujuh setengah abad, umat Islam di Spanyol telah mencapai kemajuan yang pesat, baik di bidang ilmu pengetahuan maupun kebudayaan. 

Berbagai disiplin ilmu berkembang pesat pada masa itu. Hal ini ditandai dengan banyaknya bermunculan figur-figur ilmuwan yang cemerlang di bidangnya masing-masing dan sampai sekarang, buah pikiran mereka menjadi bahan rujukan para akademisi, baik di barat maupun di timur. 

Kemajuan peradaban di Spanyol Islam pada saat ini berimbas pada bangkitnya Renaisans dunia barat pada abad pertengahan sehingga dapat dikatakan bahwa Arab Spanyol adalah guru bagi Eropa dan Universitas Cordova, Toledo, sedangkan Seville berfungsi sebagai sumber asli kebudayaan Arab, non-Arab muslim, Kristen, Yahudi, dan agama lain sampai beberapa abad kemudian (Yusuf Syuaib, 1985: 78). 

Cordova sebagai ibukota Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang tinggi yang dapat menyamai kemasyhuran Baghdad di timur dan Kairo di Mesir. Mengapa demikian? Sebab, pada saat Islam mengalami kemajuan peradaban yang mengagumkan, keadaan Eropa masih sangat terbelakang dan diliputi kegelapan, serta kebodohan (Harun Nasution, 1995: 101). 

Kemajuan apa saja yang diraih umat Islam Spanyol dalam lapangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, sehingga banyak sejarawan yang berpendapat bahwa supremasi islam tersebut sangat berpengaruh terhadap kemajuan Eropa bukan saja pada masa Renaisans, melainkan sampai abad ini? Berikut ini adalah uraiannya.

1. Filsafat

Dalam bidang ini, Spanyol Islam telah merintis pembangunannya sekitar abad ke-9 M. Sejak abad ini, minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan, yakni selama pemerintahan Bani Umayah yang ke-5, Muhammad Ibn Abd Ar-Rahman (832-886) (Majid Fahri, 1986: 357). 

Kajian filsafat ini dilanjutkan oleh penguasa berikutnya. yakni Al-Hakam (961-976 M.) dengan mengeluarkan kebijakan untuk mengimpor karya-karya ilmiah dan filosofis dari timur dalam jumlah besar. 

Dengan berbagai upaya yang dilakukan dan adanya dukungan politis“ dari penguasa, akhimya Cordova mampu berdiri sejajar dengan Baghdad sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam, dan melahirkan banyak filosof terkenal yang wacana perenungan dan pemikirannya mewarnai struktur bangunan ilmu pengetahuan sampai abad sekarang. 

Tokoh-tokoh filsafat yang lahir pada masa itu, antara lain Abu Bakri Muhamad Ibn As-Sayiqh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajah sebagaimana Al-Farabi dan Ibn Sina, Ibn Bajah melalui pemikirannya sering mengembangkan berbagai permasalahan yang bersifat etis dan eskatologis. 

Filosof selanjutnya adalah Abu Bakar Ibn Thufail. Melalui berbagai karyanya, ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya yang masyhur berjudul Hay Ibn Yaqzhan (Badri Yatim, 1986: 101). Para filosof lainnya adalah Ibn Maimun, Ibn Arabi, Sulaiman Ibn Yahya, juga Ibn Rusyd yang juga dikenal ahli fiqh (Anwar G. Ghejne, 1974: 165).

2. Sains

Spanyol Islam banyak melahirkan tokoh dalam lapangan sains. Dalam bidang matematika, pakar yang sangat terkenal adalah Ibu Sina. Selain ahli dalam bidang tersebut, ia juga dikenal sebagai seorang teknokrat dan ahli ekologi. Bidang matematika juga melahirkan nama Ibn Saffa? dan Al-Kimmy, keduanya juga ahli dalam bidang teknik (Philip K. Hitti, 1974: 570). . 

Dalam bidang fisika dikenal seorang tokoh Ar-Razi. Dialah yang meletakkan dasar ilmu kimia dan menolak kegunaan yang bersifat takhayul. Dia jugalah yang menemukan rumusan klasifikasi binatang, tetumbuhan, numerial. Ar-Razi membuat sejumlah substansi dan proses kimiawi, sebagian darinya seperti distilasi dan kristalisasi yang sekarang digunakan (George F. Kreller, 1978: 4). 

Dalam bidang kimia dan astronomi, selain Abbas Ibn Farmas, juga dikenal Ibrahim Ibn Yahya An-Naqqosh. Yang pertama dikenal sebagai penemu pembuatan kaca dari batu dan yang kedua sebagai orang yang dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari. Dalam berbagai disiplin ilmu yang lain, Spanyol Islam juga banyak melahirkan pakar, seperti Zahrawi (kedokteran), yang menemukan pengobatan lemah syahwat, pembedahan, dan lain-lain.

3. Bahasa Sastra dan Musik

Bahasa Arab dengan ketinggian sastra dan tata bahasanya telah mendorong lahirnya minat yang besar masyarakat Spanyol. Hal ini dibuktikan dengan dijadikannya bahasa ini menjadi resmi, bahasa pengantar, bahasa ilmu pengetahuan, dan administrasi. 

Berangkat dari kenyataan tersebut, lahirlah para tokoh atau pakai dalam bidang bahasa dan sastra, seperti Al-Qali dengan karyanya Al-kitab Al-Bari fi AI-Luqoh (Anwar G. Ghejne, 1974: 187), Az-Zubaidy ahli tata bahasa dan filologi dan masih banyak lagi. 

Dalam bidang seni, indikasi kemajuannya adalah berdirinya sekolah musik di Cordova oleh Zaryab (Ahmad Syalabi, jilid IV, 1979; 88). Zaryab adalah artis terbesar pada zamannya; siswa sekolah musik lshak M'. Mausuli dari Baghdad. Sekolah tersebut kemudian menjadi model bagi sekolah musik lainnya yang bermunculan belakangan di Villa, Toledo, Valencia, dan Granada.

4. Sejarah dan Geografi

Dalam bidang sejarah dan geografi, Spanyol'lslam khususnya wilayah Islami bagian barat telah banyak melahirkan penulis terkenal, seperti Ibn Zubair dari Valancia, yang telah menulis sejarah tentang negeri-negeri muslim Mediterania serta Sisilia. 

Ibn AI-Khathib (1317-1375 M.) telah menyusun sejarah tentang Granada, Ibn Khaldun dari Tunis adalah seorang perumus filsafat sejarah. Para sejarawan tersebut semula bertempat tinggal di Spanyol dan kemudian pindah ke Afrika (Bernald Speler, 1960: 112). 

Contoh lain dalam bidang ini adalah Tarikh Iftitah Al-Andalus, sebuah karya besar yang ditulis oleh Ibn Qutyah (W. 977 M.), ia dilahirkan dan dibesarkan di Cordova. Selain itu juga, ada Ibn Hayyan yang buah karyanya masih eksis sampai saat ini, yaitu Al-Muqrabis fi Tarikh Ar-Rizal Al-Andalus (Philip K. Hitti, 1974: 565).

5. Fiqh

Umat Islam Spanyol dikenal sebagai penganut madzhab Maliki. Madzhab ini diperkenalkan oleh Ziyad Ibn Abd Rahman yang selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadi pada masa Hisyam Ibn Abd Rahman. Fuqaha lain yang terkenal pada masa itu, antara lain Abu Baki, Ibn Al-Qutiyah, Munzir, Ibn Said Al-Batuthi, dan Ibn Baum (Badri Yatim, 19: 1043).

Sebuah kitab fiqh monumental yang masih menjadi salah satu rujukan dalam lapangan hukum Islam sampai saat ini, khususnya di Indonesia, adalah Bid Eyatul Mujtahid. Kitab tersebut adalah buah karya Ibn Rusyd. filosof dan faqh Spanyol Islam.

6. Kemajuan Pembangunan Fisik

Kemajuan pesat pada bidang intelektual tidak melalaikan para penguasa Spanyol islam untuk memerhatikan pembangunan fisik. Dalam pembangunan fisik umat Islam Spanyol telah membuat bangunan-bangunan fasilitas, seperti perpustakaan yang jumlahnya sangat banyak, gedung pertanian, jembatan-jembatan air, irigasi, roda air, dan lain-lain. 

Di samping itu. istana-istana, masjid yang besar-besar dan megah serta tempat pemandian dan taman-taman yang kesemuanya dipersatukan dalam kota yang ditata dengan teratur (Abd Rochim, 1983: 113). Philip K. Hitti menyebutkan bahwa di Cordova terdapat 700 masjid dan 300 buah pemandian umum. Kemudian, istana Raja Az-Zahra mempunyai 400 buah ruangan. 

Istana megah itu sengaja dibangun di kaki gunung dan menghadap sungai Quadalquiurr yang di atasnya terdapat jembatan yang melintasi sungai tersebut dengan konstruksi lengkung sebagai penyangga (Philip K. Hitu, Terjemah: 162). 

Selain bukti-bukti pembangunan fisik tersebut di atas, masuh banyak bukti, kemegahan lain yang dibangun oleh umat Islam pada masa itu, seperti istana Al-Hamra dengan gaya arsitektur yang sangat tinggi, yang dirancang oleh para arsitek terkemuka dunia. 

Kemajuan pesat yang diraih umat islam Spanyol khususnya dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan kebudayaan merupakan sebuah proses panjang yang didukung oleh faktor kerja sama yang baik antara para sarjana dan intelektual muslim dengan didukung oleh kebijakan pemerintah serta kemampuan ekonomi serta semangat keberagaman dan pemudaran yang kuat.

C. KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN

Suatu kebudayaan tentu akan mengalami pasang surut sebagaimana berputarnya sebuah roda, kadang di atas kadang ada di bawah. Hal ini tentu telah menjadi hukum alam. Demikian juga dengan kekuasaan sebuah imperium, satu saat dia muncul, berkembang pesat, lalu jatuh dan hilang. 

Kekuasaan Islam di Spanyol telah banyak memberikan sumbangan yang tak ternilai harganya bagi peradaban dunia saat ini. Tetapi imperium yang begitu besar akhirnya mengalami nasib yang sangat memilukan. Ada beberapa faktor penyebab kemunduran yang akhirnya membawa kehancuran Islam di Spanyol.

1. Munculnya Khalifah-Khalifah Yang Lemah

Masa kejayaan Islam di Spanyol dimulai dari periode Abd. Rahman III yang kemudian dilanjutkan oleh putranya, yaitu Hakam. Sang penguasa yang cinta ilmu pengetahuan dan kolektor buku serta pendiri perpustakaan (K. Ali, 1981: 311). Pada masa kedua penguasa tersebut, keadaan politik dan ekonomi mengalami puncak kejayaan dan kestabilan. 

Keadaan negara yang stabil dan penuh kemajuan ini tidak dapat bertahan lagi setelah Hakam II wafat dan digantikan Hisyam II yang baru berusia 11 tahun (K. Ali, 1981: 311). Dalam usia yang sangat muda ini, ia diharuskan memikul tanggung jawab yang amat besar. 

Karena tidak mampu mengendalikan roda pemerintahan, jalannya pemerintahan dikendalikan oleh ibunya dengan dibantu oleh Muhammad Ibn Abi Umar yang bergelar Hajib Al-Mamsur yang ambisius dan haus kekuasaan. Sejak saat itu, khalifah hanya dijadikan sebagai boneka oleh Al-Mansur dan para penggantinya. 

Ketika Al-Mansur wafat, ia diganti oleh anaknya, yaitu Abd. Malik Al-Muzaffar dan pengganti Al-Muzaffar adalah Abd. Rahman, penguasa yang tidak punya kecakapan, gemar berfoya-foya, ia tidak disenangi rakyatnya, sehingga negara menjadi tidak stabil dan lambat laun mengalami kemunduran

2. Konflik Antara Islam dan Kristen

Setelah menaklukkan Spanyol, para penguasa muslim tidak menjalankan kebijakan Islamisasi secara sempurna. Penduduk Spanyol dibiarkan memeluk agamanya, mempertahankan hukum dan tradisi mereka. Penguasa Islam hanya mewajibkan mereka membayar upeti, dan tidak memberontak. 

Kebijakan ini ternyata menjadi bumerang. Penduduk Spanyol menggalang kekuatan untuk melawan penguasa Islam. Pertentangan Islam dan Kristen tak pernah berhenti sampai jatuhnya kekuasaan Islam. Orang-orang Kristen selalu merasa bahwa kehadiran umat Islam merupakan ancaman bagi mereka. Setelah kekuasaan Islam melemah, satu per satu kota-kota yang dikuasai Islam jatuh ke tangan orang Kristen. 

3. Munculnya Muluk Ath-Thawaif

Munculnya Muluk Ath-Thawaif (dinasti-dinasti kecil), secara politis telah menjadi indikasi akan kemunduran Islam di Spanyol, karena dengan terpecahnya kekuasaan khalifah menjadi dinasti-dinasti kecil. kekuatan pun terpecah-pecah dan lemah. 

Keadaan ini membuka peluang bagi penguasa provinsi pusat untuk mempertahankan eksistensinya. Masing-masing dinasti menggerakkan segala daya upaya termasuk meminta bantuan orang-orang Kristen (Ahmad Syalabi, jilid IV, 1974: 67). 

Melemahnya kekuasaan Islam secara politis telah dibaca oleh orangorang Kristen dan tak disia-siakan oleh pihak musuh untuk menyerang imperium tersebut. Pada tahun 1080 M., Al-Fonso dengan tiga kerajaan Kristen (Galicia, Leon, Castile) berhasil menguasai Toledo dan Bani Dzu An-Nur (Philip K. Hitti, 1974: 555). 

Demikian juga, kerajaan Kristen Aragon berhasil merebut Huesea (1096 M.), Saragosa (1118 M.), Tyortosa (1148 M.), dan Kenida (1149 M.) (Ira M, Lapidus, 1993: 384). Pada tahun 1212 M. penaklukan Las Navas De Tolosa oleh koalisi rajaraja Kristen mengakibatkan Dinasti Al-Muwahiddin yang selama beberapa waktu telah memulihkan keamanan negara, stabilitas politik, dan lain lain harus menarik diri dari Spanyol. 

Sebagian besar kota penting yang dikuasai islam satu per satu jatuh ke pihak Kristen. Cordova jatuh tahun 1236 M dan Seville pada tahun 1248 M. (Bosworth. Trans. 1993: 53). Pada pertengahan abad ke-13, satu-satunya kota penting yang masih dikuasai Islam adalah Granada di bawah pemerintahan Gani Ahmar. 

Awalnya, orang-orang Kristen membiarkan Dinasti Ahmar di Granada tetap eksis dengan persetujuan bahwa orang muslim harus membayar pajak pada penguasa Kristen. Akan tetapi, setelah terjadi perselisihan antara mereka dan telah bersatunya orang-orang Kristen, proyek kekuasaan Dinasti Ahmar menjadi gelap. 

Di pihak lain terjadi konflik internal di tubuh Ahmar, yakni perebutan kekuasaan yang berakhir perang saudara dan dinasti menjadi terpecah. Sejak saat itu, kekuatan Islam semakin melemah dan semakin mempercepat tamatnya riwayat umat Islam Spanyol. Pada tahun 1492, satu-satunya wilayah Islam di Spanyol akhirnya jatuh ke tangan orang Kristen (Ira M. Lapidus, 1993: 384). 

Setelah penaklukan Granada, orang-orang Islam mengalami nasib yang sangat menyedihkan. Pada tahun 1556, penguasa Kristen melarang pakaian Arab dan Islam di seluruh wilayah Spanyol, bahkan pada tahun 1566 bahasa Arab tidak boleh digunakan di wilayah ini (Ira M. Lafidus, 1993: 389).

4. Kemerosotan Ekonomi

Di paruh kedua masa Islam Spanyol, para penguasa mementingkan pembangunan fisik dengan mendirikan bangunan-bangunan megah dan monumental. Demikian juga, bidang IPTEK. Pemerintah dengan giat mengembangkan bidang ini, sehingga bidang perekonomian kurang mendapat perhatian. Selain itu, banyak anggaran negara yang terserap untuk membiayai tentara bayaran demi keamanan negara.

5. Sistem Peralihan Kekuasaan Yang Tidak Jelas

Salah satu penyebab kemunduran dan kehancuran suatu dinasti adalah perebutan kekusaan antara elit penguasa maupun antarputra mahkota. Terjadinya perebutan kekuasaan ini menyebabkan perang antara elit atau keluarga yang pada akhirnya dapat menggerogoti kekuatan dan stabilitas negara. 

Baca juga selanjutnya di bawah ini

BAB 8 Peradaban Islam Pada Masa Abbasiyah


Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Islam masuk Spanyol melalui Arab Barbar. Hal ini terkait erat dengan sejarah penguasaannya; 

b. Spanyol Islam dipimpin banyak daulah yang silih berganti dengan berbagai karakter dalam rentang waktu yang cukup panjang; 

c. Terlepas dari perbedaan corak kemajuan yang dicapai oleh setiap pemerintah, perlu dicatat beberapa hal berikut :

  • Selama berlangsungnya kekuasaan Islam atas Spanyol telah lahir beberapa tokoh politik, ilmuwan yang telah menghammkan Islam Spanyol, yang berpengaruh besar atas kemajuan peradaban Eropa sampai saat ini. 
  • Adanya kemajuan kehidupan sosial, ekonomi. 
  • Perkembangan ilmu pengetahuan, kesusastraan, seni, dan arsitektur.