Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pendahuluan Bab 9 Dinasti-Dinasti Kecil Bagian Timur Baghdad

Pendahuluan Bab 9 Dinasti-Dinasti Kecil Bagian Timur Baghdad - Menurut para pakar sejarah Islam, Daulat Abbasiyah (750-1258 M.) galah berjasa dalam memajukan umat Islam. Hal ini ditandai dengan kemainan di bidang ilmu pengetahuan, peradaban, kesenian, dan filsafat. Data monumental dari kebesaran Daulat Abbasiyah, yaitu berdirinya kota Baghdad yang megah, kota yang didirikan atas prakarsa raja-raja dinasti ini. Menurut Philip K. Hitti, kota Baghdad merupakan kota terindah yang dialiri sungai dan benteng-benteng yang kuat serta pertahanan militer yang cukup kuat”.

Sekalipun demikian, dinasti ini tidak mampu mempertahankan integritas negerinya, karena setelah Khalifah Harun Ar-Rasyid, daerah kekuasaan dinasti ini mulai goyah, baik daerah yang ada di bagian barat maupun yang ada di bagian timur Baghdad. Di bagian timur, menurut J.J. Saunder berdiri dinasti-dinasti kecil, yaitu Thahiriyah, Saffariah, dan Samaniyah”. 

Faktor-faktor yang mendorong berdirinya dinasti-dinasti kecil ini, yaitu adanya persaingan jabatan khalifah di antara keluarga raja dan munculnya sikap ashabiyah antara keturunan Arab dan non-Arab, tepatnya persaingan Arab dan Persia”. Tumbuhnya dinasti-dinasti yang memisahkan diri dari kekuasaan pemerintahan pusat di Baghdad itu tidak terlepas dan persaingan kekuasaan antara Bani Hasyim dan Bani Umayah dan munculnya Bani Ali, yang merupakan pecahan dari Bani Hasyim.

Pendahuluan Bab 9 Dinasti-Dinasti Kecil Bagian Timur Baghdad

Perpecahan dan tersebarnya kekuasaan tersebut di satu segi dapat dipandang sebagai suatu kemunduran dan perpecahan, namun di segi lain dapat dipandang sebagai suatu kemunduran persaingan di antara dinasti untuk berlomba mempertahankan kekuasaan dan kemajuan yang dicapainya. 

Seperti persaingan antara Baghdad yang Abbasiyah dengan Cordova yang dijadikan tempat Umawiyah II dalam memajukan ilmu pengetahuan. Dilihat dari segi ini barangkali tidak salah kalau dikatakan merupakan penyumbang dan sekaligus pemacu tersendiri bagi perkembangan di bidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan dalam alam Islami”. 

Akan tetapi, perkembangan dinasti-dinasti kecil di timur tampaknya mempunyai corak dan latar belakang yang berlainan dengan sifat dan tujuan timbulnya dinasti-dinasti kecil di barat. Bila yang kemudian dilatari oleh keinginan melepaskan diri dari ikatan Bahgdad dan berdiri sebagai satu kekuatan”, yang terdahulu kalau boleh disebut sebagai dinasri yang mempunyai sifat dan tujuan yang berbeda, yakni bukan persaingan antara Bani Hasyim dan Bani Umayah atau Bani Abbasiyah dengan Alawiya.

Namun, dinasti-dinasti kecil di timur itu merupakan gejala perkembangan baru yang berada di luar persaingan utama di atas. Mereka berdiri bukan untuk melepaskan atau memisahkan diri dari kekuasaan Baghdad, tetapi justru mereka pada umumnya tidak ada keinginan untuk membuat kekuasaan yang lepas dari pemerintahan pusat, apalagi menentangnya dan menandingi kekhalifahannya. Dinasti-dinasti kecil di timur ini tetap mempertahankan ikatan dan struktur lama dengan pemerintahan pusat di Baghdad dengan menyatakan tunduk pada kekuasaan khalifah.

Perbedaan sifat kemunculan itu tidak bisa begitu saja dilepaskan dan latar belakang masing-masing. Pada masa Abbasiyah, kaum Umawiyah mencoba bangkit lagi dengan mendirikan Dinasti Andalusia Spanyol. Sementara itu, di timur, para gubernur yang banyak meniapat dukungan dari keluarga Alawiyyin tidak memberikan reaksi menentang atau menumbuhkan gerakan revolusi untuk memisahkan diri dari Baghdad. 

Mereka yang berasal dari Persia maupun Turki yang tetap memperoleh kekuasaan dalam pemerintahan Abbasiyah telah memberikan kesempatan secara timbal balik kepada mereka dan hal itu merupakan keuntungan untuk menaikkan jenjang yang lebih baik. Dengan latar belakang sejarah tersebut, secara psikologis. mereka lebih menaruh hormat dan merasa berutang budi kepada Dinasti Abbasiyah”. 

Pendapat lainnya bahwa kemungkinan munculnya dutasti-dinasti kecil pada abad ke III Hijriah, disebabkan banyaknya kegoncangan politik, yang timbul dalam dunia Islam, yang dimanfaatkan oleh para keluarga yang sudah mempunyai kekuasaan di daerah. 

Baca juga di bawah ini

Namun, itu merupakan faktor lain yang boleh jadi bukan merupakan faktor penentu dalam memumulkan mereka, terutama dinasti-dinasti di timur. Yang jelas, satu perkembmgan pada zaman sesudahnya adalah terdapat perubahan kendali politik dalam pemerintahan Abbasiyah. Otoritas politik berpindah ke tangan keluarga Buwaihi dan sultan-sultan Turki. Khalifah Abbasiyah hanya margin; kekuasaan yang bersifat spiritual semata-mata.