Dinasti Aghlabiyah 800-909 M
Dinasti Aghlabiyah 800-909 M - Dinasti ldrisiyah merupakan dinasti pertama pada masa pemerintahan Abbasiyah yang terpisah dari dunia Islam"». Sebagaimana telah dikemukakan bahwa Khalifah Harun Ar-Rasyid merasa terancam dengan hadirnya Dinasti Idrisiyah, kemudian ia mengirimkan Sulaiman bin Jarir untuk menjadi mata-mata dan berpura-pura menentang Daulah Abbasiyah.
Bersamaan dengan hal itu, Khalifah Harun Ar-Rasyid juga menyerahkan kawasan Tunisia kepada Ibrahim bin Aghlab dengan segala hak-hak otonomnya dengan tujuan untuk menahan bila ldrisiyah melakukan ekspansi ke negeri Mesir dan Syam. Sebagai ganti setianya, Ibrahim bin Aghlab menyerahkan pajak tahunan sebesar 40.000 dinar ke Baghdad.
Karena letak geografis antara wilayah Afrika Utara dan pusat pemerintahan di Baghdad sangat jauh, daerah tersebut tidak mendapatkan kontrol yang efektif dari pemerintahan pusat. Akhirnya, dengan daerah Tunisia dan Aljazair sebagai wilayah kekuasaannya, berdirilah Dinasti Aghlabiyah (800-909 M.)
Dinasti Aghlabiyah ini didirikan di Aljazariyah dan Sisilia oleh Ibrahim bin Aghlab, seorang yang dikenal mahir di bidang administrasi. Dengan kemampuan ilmu administrasinya, ia mampu mengatur roda pemerintahannya dengan baik. Secara periodik, Dinasti Aghlabiyah ini dikuasai oleh beberapa penguasanya, yaitu :
- Ibrahim bin Aghlab 800-811 M.
- Abdullah 1811-816 M.
- Ziyadatullah bin Ibrahim 816-837 M.
- Abu Iqal bin Ibrahim 838-841 M.
- Abu Al-Abbas Muhammad 841-856 M.
- Abu lbrahim Ahmad 856-8634 M.
- Ziyadatullah II bin Ahmad 863-864 M.
- Abu Al-Ghranik Muhammad II bin Ahmad 864-874 M.
- Ibrahim II bin Ahmad 874-902 M.
- Abu Al-Abbas Abdullah II 902-903 M.
- Abu Mudhar Ziyadatullah III 903-909 M. 12).
Dinasti Aghlabiyah merupakan tonggak terpenting dalam sejarah konflik berkepanjangan antara Asia dan Eropa. Di bawah pimpinan Ziyadatullah I, suatu armada bajak laut dikerahkan untuk menggoyang pesisir Italia, Perancis, Cosica, dan Sardina. Kemudian, pada tahun 827 M.
Ziyadatullah mengirim sebuah ekspedisi untuk merebut Sisilia dari Bizantium dan berhasil dikuasai pada tahun 902 M. Sisilia yang berada di pulau laut tengah tersebut, dijadikan pangkalan untuk penyerangan daratan-daratan Eropa yang Kristen. Kontribusi terpenting dalam ekspedisi tersebut adalah menyebarnya peradaban Islam hingga ke Eropa. Bahkan, Renaisans di Italia terjadi karena transmisi ilmu pengetahuan melalui pulau ini.
Dinasti ini juga terkenal dengan prestasinya di bidang arsitektur, terutama dalam pembangunan masjid. Pada masa Ziyadatullah yang kemudian disempurnakan oleh Ibrahim II, berdiri dengan megahnya masjid yang besar, yaitu masjid Qairawan. Menara masjidnya yang merupakan warisandari bentuk bangunan Umayah merupakan bangunan tertua di Afrika.
Oleh karena imlah, Qairawan menjadi kota suci keempat setelah Mekah, Madinah, dan Yerusalem. Masjid tersebut disebut sebagai masjid terindah dalam Islam karena ditata sedemikian indah. Selain itu, dibangun pula sebuah masjid di Tunisia, pada masa kekuasaan Ahmad. serta dibuat pula suatu peralatan pertanian dan irigasi untuk daerah lfrikiyah yang kurang subur.
Pada akhir abad ke-9, posisi Dinasti Aghlabiyah di Ifrikiyah mengalami kemunduran, dengan masuknya propaganda Syi'ah yang dilancarkan oleh Abdullah Al-Syi'ah atas isyarat Ubaidilah Al-Mahdi telah menanamkan pengaruh yang kuat di kalangan orang-orang Barbar suku Ketama.
Kesenjangan sosial antarpenguasa Aghlab di satu pihak dan orang-orang Barbar di pihak lain, telah menambah kuatnya pengaruh itu dan pada akhirnya membuahkan kekuatan militer.
Pada tahun 909, kekuatan militer tersebut berhasil menggulingkan kekuasaan Aghlabid yang terakhir, Ziyadatullah III sehingga Ziyadatuilah diusir ke Mesir setelah gagal mendapatkan bantuan dari pemerintahan pusat di Baghdad. Ada juga yang berpendapat bahwa Ziyadatullah kalah karena tidak mengadakan perlawanan apapun sebelum Dinasti Fatimiah mengadakan invasi.
Dan sejak itu pula, lfrikiyah dikuasai oleh orang-orang Syi'ah yang pada masa selanjutnya membentuk Dinasti Fatimiah. Salah satu faktor mundurnya Aghlabiyah ialah hilangnya hakikat kedaulatan dan ikatan-ikatan solidaritas sosial semakin luntur.
Baca juga di bawah ini
Kedaulatan pada hakikatnya hanya dimiliki oleh mereka yang sanggup menguasai rakyat, sanggup memungut iuran negara, mengirimkan angkatan bersenjata, melindungi perbatasan dan tak seorang penguasa pun berada di atasnya. Dengan semakin berkurangnya pengaruh Aghlabiyah terhadap masyarakat, dikarenakan adanya kesenjangan sosial, berakhirlah riwayat Dinasti Aghlabiyah.