Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Macam-macam golongan terbagi tiga pandangan pada abad ke-19/20

Macam-macam golongan terbagi tiga pandangan pada abad ke-19/20 

Dikalangan bangsa Belanda sendiri terdapat perbedaan pandangan mengenai penjajahan Belanda atas Indonesia. Secara garis besar dibedakan atas tiga macam pandangan sebagai berikut.

a. Golongan kolot konservatif yang didukung oleh kaum pengusaha Belanda dengan tokohnya Treub tergabung dalam partai Vaderlandshe Club, artinya Kelompok Tanah Air.

Golongan ini memiliki pendirian-pendirian berikut ini :

  • Kepentingan umum yang perlu dibela ialah kepentingan negeri Belanda.
  • Hindia Belanda dan negeri Belanda perlu dicakup dalam lingkungan besar yang disebut Nederland Raya (Groot Nederland).
  • Di Hindia Belanda tidak ada kesatuan sejarah, budaya dan bahasa, sehingga tidak ada dasar untuk berdiri sendiri sebagai kesatuan.
  • Menolak Pergerakan Nasional Indonesia yang dinilai hendak menggulingkan Pemerintah Belanda.
Dari pendiriannya itu terlihat bahwa partai ini tetap menginginkan agar Indonesia selalu dalam ikatan atau penjajahan Belanda.

Macam-macam golongan terbagi tiga pandangan pada abad ke-19/20


b. Golongan tengah yang moderat mempunyai pandangan yang lebih luas, mereka dikenal sebagai kelompok pendorong (Stuwgroup).

Pendiriannya antara lain berikut ini :

  • Ikatan yang kekal antara negeri Belanda dengan Masyarakat Persemakmuran Hindia (Indiche Gemeenebest).
  • Belanda mempunyai kewajiban melindungi hak-hak dan kepentingan penduduknya yang bukan pribumi (Timur Asing).
  • Tugas Belanda dalam Persemakmuran Hindia akan selesai, bila Hindia Belanda telah menjadi negara mereka di tengah-tengah bangsa lain.

Dengan demikian, maka politik kelompok pendorong ini disebut politik likuidasi, artinya bubarnya kekuasaan Belanda atas Indonesia.

c. Golongan maju atau progresif lebih luas lagi pandangannya mereka bergabung dalam kelompok Leiden (Leidsche Grouep).

Pandangannya antara lain adalah berikut ini.

  • Mendukung politik kolonial yang bertujuan memberi status otonomi kepada Hindia Belanda dan berdasarkan pada prinsip demokrasi yang luas.
  • Hubungan kolonial hendaknya diberi nilai-nilai Timur sebagai landasannya, budaya pribumi seperti peradilan adat atau dewan-dewan masyarakat daerah hendaknya dipertahankan.

Dalam suasana pandangan yang berbeda-beda demikian, para gubernur jenderal Hindia Belanda banyak yang ragu-ragu, bahkan kuatir terhadap perkembangan bangsanya sendiri dalam menghadapi Indonesia sebagai negeri jajahannya. Dapatkah Belanda tetap berkuasa seperti yang dilakukan seabad sebelumnya setelah VOC dibubarkan dan pemerintahannya yang menggantikannya sebagai penguasa?

Sementara itu Pergerakan Nasional Indonesia telah lahir pada awal dijalankan Politik Etis. Dengan dipelopori oleh Boedi Oetomo (1908) kemudian lahir Sarekat Islam (1911), dan Indische Partij (1912). Berdirinya organisasi-organisasi tersebut perlu diperhitungkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda, teristimewa Sarekat Islam yang cepat memperoleh pengaruh dan mampu mengimbangi pemerintah Belanda dnegan Pax Nederlandca. Sehingga diambil langkah dengan memecah Sarekat Islam berdasarkan daerah (afdeeling). Juga Indische Partij yang sudah menuntut Hindia merdeka untuk Indier, sehingga harus dibubarkan dan pemimpin-pemimpinnya ditangkap lalu diasingkan.

Kemudian pecah Perang Dunia I yang menyadarkan Belanda bahwa tanpa Indonesia, Belanda akan mengalami malapetaka, karena sebelumnya Indonesia menjadi sapi perahan bagi hidupnya. Walaupun dalam PD I Belanda berhasil mempertahankan kenetralannya, namun suasana perang di Eropa banyak menimbulkan kesulitan, misalnya terganggunya hubungan ekonomi antara Belanda dengan Indonesia sebagai jajahannya. Dalam suasana yang seakan terputus dapat terjadi Indonesia melepaskan diri dari kekuasaan Belanda untung hal itu tidak dilakukannya.

Timbulnya kaum cerdik pandai Indonesia sebagai hasil pendidikan yang dilakukan Belanda dalam rangkai Politik Etis merupakan bumerang baginya. Merekalah yang menjadi motor Pergerakan Nasional Indonesia dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui organisasi modern. Lebih-lebih dalam Masa Nonkooperasi (1920 - 1930) perjuangannya makin keras dengan jalan mengadakan pemogokan yang dilakukan kaum buruh dan mengadakan pemberontakan tahun 1926.

Baca selanjutnya di bawah ini :