Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pancasila juga suatu moral dan tuntutan pergaulan hidup

Pancasila juga suatu moral dan tuntutan pergaulan hidup 

Saudara-saudara pendengar sekalian, berbicara tentang orang-orang yang diberi tugas untuk melaksanakannya artinya yang ikut diberi kekuasaan Negara sebagai penguasa daripada hak-kedaulatan Rakyat, yang sebenarnya berasal dan bersumber daripada jutaan Rakyat kita dengan mereka punya duka-derita maka saya tidak ingin berbicara panjang lebar.

Cukup kiranya bahwa Negara kita adalah Negara Pancasila ; dan bahwa Pancasila itu tidak hanya dasar-negara saja, tidak hanya ideologi atau Welt-anschauung dan Lebens-anschauung saja, tidak hanya cita-cita pemersatu semua golongan saja, tapi Pancasila adalah pula suatu moral, suatu tuntutan pergaulan hidup antara manusia Indonesia yang satunya dengan manusia Indonesia yang lainnya, tanpa memandang tingkatnya, tanpa memandang keturunannya, tanpa memandang milieu-sosialnya.

Pancasila juga suatu moral dan tuntutan pergaulan hidup

Moral Pancasila dalam arti kata yang mengharuskan kita untuk dalam tingkah laku kita sehari-hari baik sebagai pemegang kekuasaan yang dikuasakan oleh Rakyat dan Negara kita, maupun sebagai Rakyat biasa, selalu bersedia mempertanggung jawabkan tingkah laku dan sikap tindakan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa; selalu menempuh cara-cara perikemanusiaan dan mengutamakan jalan musyawarah dan mufakat dengan Rakyat kita; dan selalu memusatkan usaha-ikhtiar-dan-daya-upaya kita kepada terlaksananya kebahagiaan dan keadilan dibidang rohani dan jasmani untuk kebesaran dan kejayaan Jiwa Bangsa Indonesia.

Dengan menaruh moral Pancasila ini sebagai tabir-putih dan suci dibelakang setiap pemain-pemain dalam lelakon Negara dan Revolusi kita ini, maka Rakyat kita dengan sekejap mata akan dapat menyila-nyilakan mana pemain-pemain, pelaku-pelaku dan pelaksana-pelaksana yang tidak memperdulikan moral Pancasila yaitu mereka-mereka yang berjiwa individualis-opportunis, haus-kekuasaan, penyalah-guna-kekuasaan, anti-bangsa, anti-rakyat, anti-musyawarah dan mufakat, anti-demokrasi dan anti-sosialisme.

Jiwa pemain-pemain dan pelaku-pelaku demikian akan terlihat sebagai bayangan gelap dan lukisan-hitam atas tabir-putih, bersih dan sucinya Pancasila. Karena itu, saya mengakhiri ceramah-ceramah saya ini dengan menganjurkan kepada semua pendengar-pendengar kita untuk terus menyalakan sinar dan obor Pancasila ini dihati-sanubari Rakyat kita yang sedang berjuang dan menderita agar supaya pada Rakyat kita dimiliki kepandaian menyila-nyilakan mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk Revolusi kita untuk Negara kita dan untuk masyarakat kita.

Akhirnya menjelang Hari Pahlawan besok, yang telah dicetuskan dikota Surabaya 15 tahun yang lalu oleh seluruh lapisan Rakyat kita dan oleh seluruh Pemuda kita dari semua suku, daerah dan kepulauan Nusantara, maka mari kita pada malam ini menundukkan Badan dan Jiwa kita kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, sambil bersama-sama memanjatkan doa semoga arwah para pahlawan kita, yang mendahului kita mengorbankan jiwa dalam Revolusi yang dasyat ini, mendapat tempat yang mulia diakhirat; dan semoga Revolusi kita terus diridoi oleh-Nya untuk melaksanakan bersama semboyan Front Nasional.

Semboyan Front Nasional :

Negara, yang terus kita persatukan,
Ekonomi, yang terus kita sosialkan,
Keamanan, yang terus kita selesaikan,
Agama, yang terus kita muliakan, dan
Demokrasi Terpimpin, yang terus kita laksanakan. 

Dengan tawakal kepada Tuhan dan dengan semangat-Nekad ini, maka saya akhiri rangkaian ceramah saya. Semoga ada faedah dan guna bagi semua pendengar-pendengar sekalian. Selamat malam, dan terima kasih atas perhatian Saudara-saudara sekalian.

Baca juga selanjutnya di bawah ini :

Post a Comment for "Pancasila juga suatu moral dan tuntutan pergaulan hidup"