Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Partai nasional Indonesia (PNI) lahir di Bandung

Partai nasional Indonesia (PNI) lahir di Bandung 

Berdirinya partai-partai dalam pergerakan nasional banyak berawal dari studie club dimana para golongan terpelajar menghimpun diri. Di Surabaya timbul Indonesische Studie Club dibawah Dr. Soetomo, di Bandung terdapat Algemeen Studie Club dibawah Ir. Soekarno.

Partai Nasional Indonesia (PNI) yang lahir di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 tidak terlepas dari keberadaan Algemeen Studie Club. Rapat pendirian partai ini dihadiri Ir. Soekarno, Dr. Tjipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mr. Iskag Tjokrohadisurjo, Mr. Budiarto dan Mr. Soenarjo (Marwati Djoned Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, 1984, jilid v:210).

Partai nasional Indonesia (PNI) lahir di Bandung

Setelah rapat pendirian itu terbentuk susunan pengurus yang kemudian disyahkan dalam kongres Partai Nasional Indonesia yang pertama di Surabaya 27-30 Mei 1928.

Susunan pengurus itu adalah :

1. Ir. Soekarno : Ketua (Pemuka).
2. Mr. Iskag Tjokroharisurjo : Sekertaris/Bendahara.
3. Dr. Samsi Sastrowidagdo : Anggota. 
4. Mr. Sartono ; Anggota.
5. Mr. Soenarjo : Anggota. 
6. Ir. Anwari : Anggota.

Dalam kongres ini juga disyahkan susunan program yang meliputi bidang politik untuk mencapai perekonomian nasional program dalam bidang ekonomi dan sosial memajukan pelajaran nasional. Garis perjuangan yang dianut adalah non koperasi.

Hal ini disebabkan garis politik yang diletakkan yaitu memperbaiki keadaan politik ekonomi, sosial dengan kekuatan sendiri dan kebiasaan sendiri antara lain dengan mendirikan sekolah-sekolah, poliklinik-poliklinik, bak nasional, perkumpulan koperasi dan sebagainya. Dari segi keanggotaan sebenarnya Partai Nasional Indonesia terbuka bagi semua bangsa Indonesia yang telah berumur 18 tahun, disamping itu orang Asia lainnya dapat menjadi anggota luar biasa. 

Dengan memiliki propagandis yang terkenal (Ir. Soekarno) maka dalam rapat yang diadakan di Bandung 27-28 Desember 1927 atas prakarsa Partai Nasional Indonesia dapat menggalang permufakatan dengan Partai Sarekat Islam Indonesia, Budi Utomo, Pasundan, Sumatransche Bond, Kaum Betawi, Indonesische Studie Club, Algemeen Studi Club yang dikenal dengan Permufakatan perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).

Tujuan yang diinginkan dengan Permufakatan ini adalah upaya kesatuan aksi dalam rangka menghadapi imperialisme Belanda. Ada dua macam tindakan yang dilakukan untuk memperkuat diri dan pengaruhnya di masyarakat : mengadakan usaha-usaha terhadap dan untuk lingkungan sendiri, yaitu mengadakan kursus-kursus, mendirikan sekolah, bank dan sebagainya, keluar memperkuat publik opini terhadap tujuan PNI antara lain melalui rapat-rapat umum dan penerbitan surat kabar Banteng Priangan (Bandung) dan persatuan Indonesia (Jakarta).

Kegiatan PNI yang cepat menarik massa itu sangat mencemaskan pemerintah kolonial. Perjuangan yang digalang dengan cepat memperoleh simpati rakyat Indonesia. Lebih-lebih lagi adanya pernyataan Ir. Soekarno bahwa akan pecahnya Perang Pasifik seluruh bangsa Indonesia menyiapkan diri agar tidak mendapatkan pengaruh buruk.

Kecemasan pemerintah Belanda semakin bertambah setelah ada laporan bahwa kalangan tentara dan polisi sudah terkena propaganda PNI. Usaha-usaha pencegahan telah dilakukan oleh pemerintah kolonial seperti dilarang membaca berita di surat kabar yang berisi propaganda PNI pada semua pegawai yang berada di bawah departemen Van Oorlog.

Di samping berkembang desas desus bahwa PNI akan mengadakan pemberontakan. Akibatnya pengawasan politik dilakukan semakin ketat bahkan dengan tindakan-tindakan penggeledahan dan penangkapan. Penangkapan berlangsung pada empat tokoh PNI yaitu Ir. Soekarno, R. Gatot Mangkuprojo, Markun Sumodirejo dan Supriadinata.

Keempat tokoh ini dijatuhi hukuman oleh pengadilan Bandung. Dalam proses peradilan itu Ir. Soekarno melakukan pembelaan yang berjudul ''Indonesia Menggugat''. Penangkapan para tokoh pemimpin PNI ternyata merupakan pukulan berat. Hal ini amat menggoyahkan kehidupan partai.

Dalam suatu kongres luar biasa yang diadakan di Jakarta tanggal 25 April 1931 diambil keputusan untuk membubarkan PNI. Pembubaran ini menimbulkan perpecahan pada para pengikut-pengikutnya. Mr. Sartono kemudian mendirikan Partindo dan mereka yang tidak setuju dengan pembubaran ini ada yang masuk dalam Pendidikan Nasional Indonesia/PNIBaru, yang didirikan Drs. Moh. Hatta dan Sutan Syahrir.

Baca juga selanjutnya di bawah ini :

Post a Comment for "Partai nasional Indonesia (PNI) lahir di Bandung"