Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PROSES KELUARNYA TRAGEDI SUPERSEMAR DI RI

PROSES KELUARNYA TRAGEDI SUPERSEMAR DI RI 

Peranan para mahasiswa tidak dapat diabaikan,yang ternyata mempunyai andil yang besar dalam perkembangan sejarah bangsa, bahawa peraan tersebut menyebabkan munculnya periodisasi dalam sejarah Indonesia.Seperti munculnya Pergerakan Indonesia tahun 1908-1945,pergantia dari Orde Lama ke Orde Baru tahun 1966 dan pergantian dari Orde Baru ke Orde Reformasi tahun 1998.

Peristiwa G 30 S ternyata menjadi pemicu aksi protes terhadap kepemimpinan Suekarno, bahkan dituduhkan Suekano ada dibalik peristiwa tersebut. Aksi-aksi tuntutan penyelesaian seadil-adilnya terhadap pelaku G 30 S/PKI semakin meningkat.

PROSES KELUARNYA TRAGEDI SUPERSEMAR DI RI

Gerakan tersebut dipelopori oleh kesatuan aksi pemuda, mahasiswa dan pelajar KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) berdiri pada tanggal 25 Oktober 1965 atas prakarsa Prof.Dr.Sjarif Thayep Mentri PTIP (Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan) merupakan himpunan dari beberapa pergerakan kepemudaan dan mahasiswa (Dipodisastro,1997:36).

KAMI yang didukung oleh organisasi kepemudaan yang lain seperti KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar  Indonesia), KAGI (Kesatuan Aksi Guru Indonesia), KAWI (Kesatuan Aksi Wanita Indonesia), KASI ( Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia), KABI (Kesatuan Aksi Buruh Indonesia) dan pada tanggal 26 Oktober 1966 membuatkan barisan yang dikenal dengan nama Front Pancasila.

Mereka melaksakan aksi protes terhadap kepemimpinan Suekarno (Poeponegoro,dkk.1994:408). Aksi mogok demonstrasi mulai dilaksanakan pada tanggal 10 Januari 1996 di halaman Universitas Indonesia. KAMI mengajukan tuntutan kepada pemerintah diantaranya, 

(1) Mencabut keputusan tentang naiknya harga bensin, minyak tanah, tarif postel, kereta api dan angkutan umum. (2) Membubarkan PKI serta ormas-ormasnya. (3) Menghentika pembantu-pembantu presiden yang tidak kompeten. Tanggal 11 Januari 1966, para mahasiswa mulai mogok kuliah, menghentikan kendaraan bermotor sehingga kendaraan dari Jalan Salemba sampai di muka Hotel Indonesia macet total.

Di samping itu juga melakukan aksi coret-coret serta tempelan-tempelan pada kendaraan bermotor yang antara lain berbunyi mengecam kepemimpinan Suekarno dan PKI. Mereka akan bernekat terus mogok sampai tuntutan mereka terpenuhi.

Khususnya kendaraan-kendaraan ABRI diberi jalan dan disambut dengan meriah "hidup ABRI". Dari aksi mahasiswa tersebut menghasilkan keputusan politik bersama yang dikenal dengan nama Tri Tura (Tiga Tuntutan Rakyat) yang isinya :

1. Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya yang bernaung dibawahnya.
2. Bersihkan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur G 30 S/PKI.
3. Turunkan harga/perbaikan ekonomi.

Keluarnya tuntutan ini bukan berarti aksi mahasiswa berhenti sampai di sini. Pada tanggal 13 Januari 1966 mahasiswa masih mengadakan demonstrasi dipusatkan dari Gedung Universitas Indonesia. Yel-yel mereka teriakkan ''hidup ABRI'', hidup Pak Sarwo Edhi". Aksi ini berhenti setelah diketahui bahwa Jenderal Nasution memberi ceramah di Gedung Universitas Indonesia.

Tanggal 14 Januari 1966, KAMI melancarkan aksi demonstrasi dengan aksi "gulung celana sebelah kanan" sebagai pertanda setuju terhadap aksi penurunan harga. Tanggal 15 Januari 1966 Presiden Suekarno memanggil para menteri Kabinetnya untuk bersidang di Bogor dan dihadiri pula para pimpinan mahasiswa atas undangan Presiden.

Di dalam sidang kabinet tersebut Presiden Suekarno mengucapkan pidatonya yang mengatakan bahwa kekuatan-kekuatan imperialis sedang berusaha untuk menggulingkan Suekarno (Harnoko,1982:45-50). Aksi ini membawa korban pada tanggal 23 Februari 1966 degan gugurnya mahasiswa Kedokteran bernama Arif Rachman Hakim yang kemudian oleh demonstran dijadikan Pahlawan Ampera (Soerojo, 1988:267).

Untuk menjawab tuntutan tersebut maka kabinet Dwikora mengadakan sidangnya di Istana Negara pada hari Jumat tanggal 11 Maret 1966 yang dipimpin oleh Suekarno. Sidang dimulai pukul 09.00, semua menteri nampak hadir, kecuali Menteri Pamglima Angkatan Darat, Letnan Jenderal Soeharto karena sakit flu.

Sedang sidang baru berjalan beberapa saat, mendapat laporan bahwa diluar istana terdapat pasukan liar dengan kekuatan satu kompi mengepung istana. Tanpa berkata apapun Presiden Suekarno langsung ambil jas meninggalkan sidang dan keluar istana menuju helikopternya yang selalu siap sedia.

Waperdam Soebandrio, melihat Presiden menuju helikopter berlari terbirit-birit menyusul dan mohon agar boleh ikut serta. Kelihatan terbirit-birit Soebandrio ketinggalan sepatunya sebelah karena panik dan keesokan harinya surat kabar memuat karikatur "Durna Ketinggalan Sepatu". Perbuatan ini diikuti juga oleh Dr. Chairul Saleh dan bersama-sama Presiden terbang ke Istana Bogor.

Pasukan yang berada diluar istana pada saat sidang Kabinet Dwikora tanggal 11 Maret 1966 adalah pasukan RPKAD pimpinan Sarwo Edhi yang melepaskan seluruh tanda pengenalnya dengan tujuan untuk menangkap Soebandrio yang terus bersembunyi di Istana. Dialah yang kami anggap sebagai biang dari peristiwa 1 Oktober 1965 itu.

Letjen Kemal Idris yang menempatkan pasukan yang tidak dikenal itu ,"jadi coba bayangkan jika pasukan saya tarik kembali, apa yang terjadi ?. Mungkin Suekarno tidak lari ke Bogor. Mungkin Supersemar nggak keluar, dan mungkin Pak Harto gak jadi Presiden.

Jadi juga bisa dibilang saya ikut melahirkan Supersemar M. Yusuf pernah menyampaikan pernyataannya mengejutkan pada 1994, ''naskah asli Supersemar tak akan saya serahkan kepada siapapun, karena itu hak pribadi saya, Pak Harto pernah meminta tetapi saya tetap pada sikap semula"(Jawa pos,Minggu 27 Maret 1994).

Semua perbedaan pendapat harus tetap dihormati dan itulah salah satu dunia ilmiah yang sangat dinamis dalam rangka mencari kebenaran.

Namun demikian secara umum Supersemar mempunyai arti penting di antaranya : 

1. Keluarnya Supersemar merupakan tonggak baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, karena dalam periodisasi sejarah Indonesia mulai dikenal Orde Baru.
2. Dengan Supersemar menyebabkan Letnan Jenderal Soeharto mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk menjamin keamanan dan ketertiban serta kestabilan jalannya pemerintahan dan revolusi Indonesia serta menjamin keselamatan pribadi dan menjaga kewibawaan Presiden. 
3. Berlandaskan Supersemar Letnan Jenderal Soeharto harus mengambil langkah-langkah yang penting dan memberi arah baru kepada perjalanan  hidup bangsa dan negara.
4. Keluarnya Supersemar diyakini sebagai awal penataan kembali kehidupan rakyat, bangsa dan negara yang diletakan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD Tahun 1945 dan babak baru perjuangan bangsa Indonesia.

Baca juga selanjutnya di bawah ini :


Post a Comment for "PROSES KELUARNYA TRAGEDI SUPERSEMAR DI RI"